kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.980.000   15.000   0,76%
  • USD/IDR 16.810   20,00   0,12%
  • IDX 6.446   7,70   0,12%
  • KOMPAS100 927   0,91   0,10%
  • LQ45 722   -0,90   -0,12%
  • ISSI 206   1,64   0,80%
  • IDX30 375   -0,74   -0,20%
  • IDXHIDIV20 453   -1,23   -0,27%
  • IDX80 105   0,08   0,08%
  • IDXV30 111   0,28   0,25%
  • IDXQ30 123   -0,06   -0,05%

Waspada Dampak Negosiasi Tarif AS Mengancam Surplus Neraca Perdagangan Indonesia


Senin, 21 April 2025 / 18:43 WIB
Waspada Dampak Negosiasi Tarif AS Mengancam Surplus Neraca Perdagangan Indonesia
ILUSTRASI. surplus neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 mencapai US$ 4,33 miliar, atau naik US$ 1,23 miliar bila dibandingkan bulan sebelumnya.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja neraca perdagangan Indonesia diperkirakan tetap tangguh meski pemerintah harus waspada, dalam menghadapi tarif kebijakan resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang mengatakan, rencana pemerintah untuk meningkatkan impor AS sebesar US$ 1,5 miliar hingga US$ 2 miliar per tahun perlu diwaspadai.

Pemerintah berencana meningkatkan impor dari AS terutama minyak bumi olahan, kedelai, dan gandum, seiring dengan kemajuan pembicaraan perdagangan.

“Risiko tetap ada dari tarif AS yang lebih tinggi untuk minyak sawit dan penurunan harga batubara, yang membebani ekspor pertambangan (-29,27% seccara tahunan di kuartal I 2025),” tutur Hosianna kepada Kontan, Senin (21/4).

Dalam kesempatan berbeda, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede bilang, jika kesepakatan yang dihasilkan mengharuskan Indonesia meningkatkan impor dari AS, maka perlu dianalisis secara menyeluruh karena dapat mempengaruhi surplus neraca perdagangan Indonesia.

Baca Juga: BPS: Sejak 2015 Hingga Maret 2025, Surplus Neraca Dagang dengan AS Meningkat

Adapun saat ini, Amerika Serikat (AS) merupakan mitra dagang dengan surplus terbesar bagi Indonesia. Sepanjang Januari hingga Maret 2025, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 4,32 miliar.

Meski demikian, Josua menilai, peningkatan impor dari AS, khususnya pada komoditas seperti minyak, gas, gandum, kedelai (soybean), dan alat utama sistem persenjataan (alutsista), berpotensi menekan surplus tersebut secara signifikan.

“Maka (apabila impor meningkat) surplus tersebut berpotensi menyusut signifikan, atau bahkan dalam skenario ekstrem, bisa berubah menjadi defisit dalam hubungan bilateral Indonesia-AS,” tutur Josua.

Josua juga menilai, bahwa peningkatan impor dari AS bisa menjadi titik balik bagi tren neraca perdagangan nasional secara keseluruhan. Hal ini terutama berlaku jika peningkatan impor tersebut tidak diimbangi oleh kenaikan ekspor ke negara-negara lain.

Tren penyempitan ini dikhawatirkan berlanjut apabila tekanan impor dari kesepakatan bilateral semakin besar.

Lebih lanjut, Josua menilai, meski berisiko dalam jangka pendek, strategi peningkatan impor dari AS bisa dilihat sebagai langkah diplomasi ekonomi yang bijaksana.

Dalam konteks meningkatnya ketegangan perdagangan global, termasuk kebijakan tarif yang dikenal sebagai Trump 2.0, Indonesia memilih jalur negosiasi dan kerjasama ketimbang konfrontasi atau retaliasi seperti yang diambil oleh beberapa negara ASEAN lain, seperti Vietnam.

Baca Juga: Amerika Serikat Masih Jadi Penyumbang Surplus Neraca Dagang Terbesar pada Maret 2025

Pendekatan yang lebih akomodatif ini menempatkan Indonesia dalam posisi tawar yang lebih fleksibel. Melalui kerangka kerja seperti Trade and Investment Framework Agreement (TIFA), Indonesia berusaha memperkuat hubungan dagang dengan AS tanpa mengorbankan stabilitas ekonomi domestik.

“Akhirnya, dari sudut pandang struktural, kebijakan ini bisa menjadi insentif untuk mendorong reformasi perdagangan dan logistik nasional,” jelasnya.

Ia menyimpulkan, apabila negosiasi berhasil dan Indonesia menyepakati peningkatan impor dari AS, maka surplus neraca perdagangan nasional kemungkinan akan turun dan dapat menjadi akhir dari tren surplus yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir.

“Namun, dampak jangka menengah hingga panjangnya bisa positif jika diimbangi dengan reformasi struktural dan penguatan industri domestik yang berorientasi ekspor,”tandansya.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Maret 2025 mencapai US$ 4,33 miliar, atau meningkat sebesar US$ 1,23 miliar bila dibandingkan bulan sebelumnya.

Neraca perdagangan Indonesia hingga Maret 2025 ini sudah mengalami surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Selanjutnya: Indonesia Dikritik AS Jadi Pasar Barang Palsu, Regulasi HAKI Terlalu Longgar?

Menarik Dibaca: 12 Tips Investasi untuk Pemula agar Cerdas Memulai dan Mengelola Aset

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×