Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Tingginya tingkat perpindahan penduduk dari daerah ke pusat kota alias urbanisasi menunjukan adanya ketimpangan pembangunan yang telah terjadi di Indonesia. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, fenomena urbanisasi tidqk hanya terjadi di Indonesia, melainkan di hampir seluruh negara di dunia.
Hampir setiap tahunnya Indonesia selalu dihadapkan dengan permasalahan kebiasaan mudik. Hal ini menunjukan banyak masyarakat dari desa yang meninggalkan tempat asal nya menuju kota-besar. Bahkan, menurut catatan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), ada sekitar satu juta orang. Fenomena ini dinamakan sebagai dampak perkembangan megacities.
Menurutnya dalam sebuah proses pembangunan ekonomi, urbanisasi selalu menjadi salah satu pembahasan. Untuk mengatasi hal itu Chatib menilai solusinya adalah meningkatkan produktivitas di sektor pertanian. "Nah, untuk bisa mendongkrak produktifitas pertanian perlu dilakukan modernisasi," ujarnya.
Dinegara maju, industri pertanian adalah industri modern dengan didukung dengan pengembangan teknologi. Sementara di Indonesia, sektor pertanian dianggap sebagai tempat perlindungan orang yang sudah tidak bekerja lagi.
Chatib juga bilang, supaya industri pertanian bisa dimodernisasi maka tidak cukup dengan kebijakan di sisi perdagangan saja, tetapi juga disisi teknologi. Untuk bisa mengukur tingkat produktifitas, Chatib bilang dengan cara membagi berapa nilai tambah industri pertanian terhadap jumlah tenaga kerja, dalam hal ini petani.
"Jumlah petani kita sekitar 15% dari total tenaga kerja di Indonesia, sementara nilai tambah industri pertanian kita 30% jadi produktifitas industri pertanian kita dua," katanya. Untuk bisa lepas dari permasalahan urbanisasi yang pelik ini, menurut Chatib membutuhkan pembahasan yang tidak sederhana, dan harus menjadi target pembahsaan pembangunan jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News