Reporter: Indra Khairuman | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menghadapi tantangan besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%–5,8% pada tahun 2026.
Meski telah menetapkan tujuh Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagai prioritas, efektivitas pelaksanaan dan desain kebijakan dinilai akan sangat menentukan keberhasilan.
Baca Juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2%-5,8% pada 2026 Dinilai Sulit Tercapai
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menegaskan bahwa implementasi kebijakan, bukan hanya perencanaan, menjadi titik krusial dalam mencapai target tersebut.
“Masalah utamanya ada pada eksekusi. Itu yang akan sangat menentukan hasil akhirnya,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Selasa (22/7/2025).
Faisal menyoroti rendahnya realisasi anggaran pada sejumlah program prioritas, termasuk Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Koperasi Merah Putih. Padahal, dana untuk program-program ini telah dikucurkan cukup awal.
“Program MBG, yang masuk dalam 100 hari pertama pemerintahan sebagai quick win, hingga kini realisasi penyerapan anggarannya masih di bawah 10%,” ujarnya.
Baca Juga: Asumsi Pertumbuhan Ekonomi di RAPBN 2026 Disepakati 5,2%-5,8%
Ia menambahkan, untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi, pemerintah tidak cukup hanya menambah program, tetapi juga perlu mempercepat eksekusi dan memastikan efektivitas kebijakan.
“Kalau untuk tahun ini saja kami memproyeksikan pertumbuhan sulit menembus 5%. Prediksi CORE untuk tahun 2025 berada di kisaran 4,6%–4,8%,” jelas Faisal.
Artinya, jika pertumbuhan tahun depan maksimal di 4,8%, maka mencapai target 5,2%–5,8% pada 2026 akan membutuhkan upaya ekstra.
“Soliditas koordinasi lintas sektor dan efektivitas kebijakan yang benar-benar berdampak pada ekonomi akan menjadi kunci,” tegasnya.
Selanjutnya: Asing Aktif Memburu Saham-Saham Ini Saat IHSG Terkoreksi, Selasa (22/7)
Menarik Dibaca: Tiket Diskon KA Telah Terjual 3,19 Juta Tiket, Okupansi Capai 90%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News