Reporter: Indra Khairuman | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mencapai 8% dalam waktu dekat menghadapi berbagai tantangan, khususnya terkait dengan kebutuhan investasi yang sangat besar dan keadaan sektor swasta yang sedang mengalami masalah.
Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), menyatakan keraguannya mengenai encapaian target pertumbuhan tersebut. ia menekankan bahwa saat ini, investasi dari asing (FDI) maupun domestik (DDI) hanya mencapai sekitar Rp1.600 triliun per tahun.
“Artinya dalam 5 tahun hanya sekitar Rp 8.000 triliun saja,” ujar Huda kepada Kontan.co.id, Minggu (15/6).
Huda menjelaskan bahwa tidak semua investasi tersebut secara langsung mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Diproyeksi Melemah, Ini Pemicunya
Lebih lanjut, Huda menjelaskan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan 8%, Indonesia harus meningkatkan efisiensi investasi. Ia mengatakan bahwa nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia saat ini berada di kisaran 6,7-7,7 poin.
"Artinya, setiap penciptaan 1 nilai PDB, dibutuhkan modal 7 nilai investasi," tegas Huda.
Huda mengingatkan bahwa dalam hal ini, negara-negara yang efisien dalam penggunaan modal memiliki nilai ICOR dibawah angka 4,0.
Huda menegaskan bahwa dengan ICOR yang tinggi, Indoesia memerlukan kisaran Rp30.000 triliun dalam waktu 5 tahun untuk mencapai pertumbuhan 8% di tahun 2029. Ia mencatat bahwa 70% dari total tersebut harus ditanggung oleh sektor swasta.
Baca Juga: Ekonom BSI: Penurunan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dipicu Perlambatan Q1
“Sektor ekonomi swasta juga tengah bermasalah,” kata Huda.
Huda menjelaskan juga bahwa saat ini sektor swasta tidak melakukan investasi secara signifikan, dan situasi ini diperburuk dengan suku bunga tinggi yang ditetapkan The Fed.
Dengan kondisi likuiditas yang terbatas, Huda menekankan bahwa target pertumbuhan ini terasa sangat sulit bagi ekonomi Indonesia.
“The Fed rate juga tidak memungkinkan untuk turun secara drastis, cost of investment masih akan mahal,” tambah Huda.
Baca Juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 8% dan Kemiskinan Ekstrem 0% pada 2029 Masih Realistis?
Selanjutnya: Tertatih Jangka Pendek, Prospek Emiten Healthcare Masih Positif dalam Jangka Panjang
Menarik Dibaca: iPhone 13 Pro Max Harga Juni 2025 Turun! Cek Fitur Lengkapnya & Kelebihannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News