Reporter: Lidya Yuniartha, Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - Pemerintah Indonesia mengklaim sudah ada sekitar 30 investor yang menyatakan minat untuk berinvestasi di ibukota negara yang baru atau ibukota baru.
Nantinya para investor yang ingin investasi di ibukota baru cukup datang ke Badan Otorita Ibukota tanpa harus lewat mekanisme normal yakni mendaftar ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Pemerintah juga menyatakan membuka diri bagi semua calon investor baik negara, badan usaha milik negara, badan investasi pemerintah, maupun swasta baik nasional maupun swasta asing untuk join bergabung membangun investasi di ibukota negara yang baru.
Baca Juga: Luhut: Ada 30 perusahaan besar yang siap ikut bangun ibu kota baru
Apalagi kebutuhan dana untuk membangun ibukota baru cuku besar yakni mencapai Rp 466 triliun. Rencananya pemerintah akan mengeluarkan bujet dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sekitar Rp 96 triliunan.
Sementara untuk swasta murni yang diharapkan masuk menggarap proyek di ibukota baru investasinya ditargetkan sekitar Rp 120 triliunan.
Baca Juga: Bandara di ibu kota baru akan dibangun akhir 2021, Kemenhub adakan sayembara desain
Lalu sisanya akan ditawarkan dengan mekanisme Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Proyeksi kebutuhan investasi yang akan dialokasikan untuk proyek KPBU mencapai Rp 265,2 triliun.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan Rabu (26/2) menyebut dari 30 perusahaan besar yang ingin berinvestasi di ibukota baru. Hanya saja Luhut belum memberikan perincian detil siapa saja investor yang sudah menyatakan minat tersebut.
Sementara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebelumnya menebut ada sekitar delapan negara yang minat investasi di ibukota baru yakni Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, China, Singapura, Italia, juga Denmark.
Hanya saja menurut catatan KONTAN, beberapa investor maupun negara yang disebut-sebut telah menyatakan minat berinvestasi di ibukota baru. Diantaranya adalah.
Baca Juga: Investasi China dan Amerika lesu, Sri Mulyani ajak Arab Saudi investasi di SWF
Pertama, Uni Emirat Arab (UEA). Bahkan secara khusus presiden Joko Widodo telah mengangkat Sheikh Mohamed Bin Zayed Putra Mahkota Abu Dhabi Uni Emirat Arab sebagai penasehat di pengalihan ibukota baru ini.
Kedua Jepang, sama dengan Uni Emirat Arab, presiden Jokowi juga sudah mengangkat Masayosi Son, Chief Executive Officer Softbank sebagai penasehat pemerintah dalam pengalihan ibukota baru ini. Namun keterlibatan pemerintah Jepang di proyek ibukota baru memang belum jelas seperti Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
Baca Juga: Meskipun sovereign wealth fund belum lahir investor asing sudah antre, siapa mereka?
Ketiga Amerika Serikat diantaranya International Development Finance Corporation (IDFC). Seperti kita tahu, Chief Executive Officer International Development Finance Corporation (IDFC) Adam Boehler pernah berkunjung ke Indonesia dan menemui Presiden Joko Widodo awal tahun ini. Salah satu pembicaraan dalam pertemuan tersebut mengenai prospek investasi di ibukota baru.
Baca Juga: Jokowi dan Trump dijadwalkan lakukan pertemuan, ini topik yang dibahas
Keempat, Jerman. Salah satu perusahaan asal Jerman, Siemens Group menyatakan ketertarikannya untuk terlibat dalam investasi di ibukota baru Indonesia di Kalimantan Timur. Saat ini Siemens sudah punya proyek pembangkit listrik terkait proyek Belt Road Initiative (BRI) mobile power plant 360 MW. Minat Siemens Group ini diungkapkan Chief Executive Officer (CEO) Siemens Cedrik Neike kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat bertemu di Davos Swiss awal tahun ini.
Negara yang disebut-sebut berminat investasi ke ibukota baru lainnya yang kelima, adalah Arab Saudi. Memang belum ada komitmen resmi dari negara ini, tapi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada pekan lalu secara langsung telah melobi negeri kiblat umat muslim ini untuk berinvestasi di ibukota negara baru.
Menkeu menyampaikan tawaran investasi Soverign Wealth Fund (SWF) saat mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed Al - Jadaan di Riyadh, Ahad (23/2). Menkeu mengklaim ada sambutan positif dari Al Jadaan.
Baca Juga: Menkeu jualan SWF ke Arab Saudi, ini penjelasan Menko Airlangga soal rencana SWF
Keenam Australia. Keterlibatan Australia di proyek ibukota baru diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Airlangga bilang minat tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Australia Scott Morrison saat bertemu Presiden Joko Widodo awal Februari 2020 lalu.
"Perdana Menteri Australia mereka menunggu (SWF)ini, MBZ (Sheikh Mohamed Bin Zayed Putra Mahkota Abu Dhabi Uni Emirat Arab) juga menunggu SWF Indonesia kapan diterbitkan. Termasuk yang diminta Masayosi Son, (Chief Executive Officer Softbank dan juga pengarah Ibu Kota Negara baru)," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pekan lalu.
Baca Juga: Meskipun sovereign wealth fund belum lahir investor asing sudah antre, siapa mereka?
Ketujuh Norwegia, sebelumnya negara ini menyatakan minat untuk berinvestasi di bidang energi untuk mendukung ibukota baru. Hanya saja belum ada bentuk riil dari investasi tersebut termasuk siapa swata Norwegia yang akan terlibat di proek ini.
Kedelapan Inggris. Minat investor dari Iggris ini pernah diungkapkan oleh Bambang Brodojonegoro saat menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Bappenas medio 2019. Namun hingga kini belum ada kabar lanjutan soal rencana keterlibatan Inggris di proyek ibukota baru ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News