Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kenaikan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia ke level 51,2 pada Oktober 2025 menjadi sinyal positif bagi pemulihan industri nasional.
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, Rizal Taufikurahman mengatakan bahwa angka tersebut mencerminkan mulai menguatnya denyut aktivitas manufaktur setelah beberapa bulan tertahan di zona nyaris stagnan.
Rizal menjelaskan, pemulihan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya pesanan baru dari pasar domestik.
Kondisi itu menandakan konsumsi rumah tangga dan investasi mulai bergerak kembali, meskipun kapasitas produksi belum sepenuhnya pulih.
Baca Juga: Purbaya Ungkap Alasan PMI Manufaktur Indonesia Meroket pada Oktober 2025
"Sinyal ekspansi ini menunjukkan sektor manufaktur mulai merespons kebijakan dorongan fiskal dan stabilisasi makro yang lebih kondusif," ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Senin (3/11/2025).
Ia menilai kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, khususnya penempatan dana pemerintah dan relaksasi fiskal bagi sektor produktif, turut memberi efek psikologis positif bagi pelaku industri.
Meski bukan satu-satunya faktor pendorong, kebijakan fiskal tersebut memperbaiki likuiditas dan menurunkan risiko pembiayaan di sektor riil.
"Koordinasi fiskal-moneter yang lebih sinkron telah menciptakan ruang bagi industri untuk kembali ekspansif tanpa tekanan biaya yang berlebihan," katanya.
Hingga akhir tahun, Rizal memperkirakan PMI manufaktur akan bertahan di zona ekspansi moderat, yakni di kisaran 51–52. Ia menilai permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama, meski prospeknya dibatasi oleh lemahnya ekspor global dan kenaikan harga bahan baku.
"Jika momentum belanja pemerintah dan pembiayaan sektor riil berlanjut, sektor manufaktur berpotensi menjaga laju ekspansinya meski tekanan eksternal meningkat," imbuh Rizal.
Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Oktober 2025 Naik ke 51,2, Didorong Permintaan Domestik
Lebih lanjut, Rizal menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan ekspansi melalui kebijakan hilirisasi dan efisiensi rantai pasok nasional.
Pemerintah, katanya, perlu memastikan stimulus fiskal diarahkan pada sektor-sektor yang meningkatkan produktivitas, bukan sekadar menjaga permintaan jangka pendek.
"Dengan strategi yang konsisten, sektor manufaktur dapat menjadi jangkar pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perlambatan global," pungkasnya.
Selanjutnya: Bonus dan Tantiem Manajemen Bank Milik Danantara Turun Drastis
Menarik Dibaca: Bisa Serang Siapa Saja, Begini Cara Mencegah RSV
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













