kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

Celios: Bebas Bea Masuk Produk AS Bisa Buat Negara Rugi Rp7,68 Triliun per Tahun


Senin, 21 Juli 2025 / 00:20 WIB
Celios: Bebas Bea Masuk Produk AS Bisa Buat Negara Rugi Rp7,68 Triliun per Tahun
ILUSTRASI. Kebijakan pembebasan tarif bea masuk untuk produk-produk asal Amerika Serikat (AS) dinilai berisiko menimbulkan kerugian besar bagi penerimaan negara. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/09/07/2025


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kebijakan pembebasan tarif bea masuk untuk produk-produk asal Amerika Serikat (AS) dinilai berisiko menimbulkan kerugian besar bagi penerimaan negara.

Center of Economic and Law Studies (Celios) memperkirakan, potensi kehilangan pendapatan negara akibat kebijakan ini dapat mencapai hingga Rp7,68 triliun per tahun.

“Indonesia cenderung merugi karena memberlakukan tarif 0% untuk produk asal AS,” ujar Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, kepada Kontan, Minggu (20/7).

Baca Juga: Rencana Kebijakan Pembebasan Bea Masuk Digital Dinilai Timbulkan Ketimpangan

Bhima menjelaskan, kebijakan ini tidak hanya berpotensi menggerus penerimaan negara, tetapi juga memperburuk neraca perdagangan Indonesia.

Sebab, di sisi lain, ekspor Indonesia ke AS tetap dikenakan tarif hingga 19%.

Sejumlah komoditas dari AS seperti minyak dan gas (migas), elektronik, suku cadang pesawat, serealia, hingga produk farmasi berpotensi mengalami lonjakan impor.

Sepanjang 2024, nilai impor produk-produk tersebut dari AS mencapai US$5,37 miliar, atau setara Rp87,3 triliun.

“Yang harus dimonitor adalah pelebaran defisit migas,” kata Bhima.

Ia memperingatkan, lonjakan impor migas dari AS dapat menekan nilai tukar rupiah dan memperbesar alokasi subsidi energi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.

Baca Juga: Bea Masuk 0% dari AS Dinilai Minim Ganggu Penerimaan Negara, Justru Dorong Investasi

Proyeksi subsidi energi berpotensi meningkat dari Rp203,4 triliun menjadi sekitar Rp300 triliun hingga Rp320 triliun.

"Kalau Indonesia disuruh beli produk minyak dan LPG dengan harga yang lebih mahal dari harga yang biasa dibeli Pertamina, bisa repot juga,” tegas Bhima.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti dampak terhadap sektor ketahanan pangan nasional. Meski konsumen kemungkinan menikmati penurunan harga produk seperti mi instan dan roti, produsen pangan lokal bisa tertekan.

"Petani dan peternak susu dalam negeri bisa menjerit karena produk pangan asal AS akan membanjiri pasar domestik," ujarnya.

Sebagai solusi, Bhima mendorong pemerintah untuk segera membuka akses pasar ke kawasan lain yang lebih prospektif.

"Jangan terlalu bergantung pada ekspor ke AS, karena hasil negosiasi tarif seperti ini justru merugikan posisi Indonesia,” tandasnya.

Selanjutnya: DJPb: Pembiayaan UMKM Capai 850 Ribu Debitur, Total Akad Sentuh Rp4,49 Triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×