kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   21.000   1,01%
  • USD/IDR 16.495   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.748   48,90   0,64%
  • KOMPAS100 1.084   7,66   0,71%
  • LQ45 795   12,72   1,63%
  • ISSI 264   -0,60   -0,23%
  • IDX30 412   5,94   1,46%
  • IDXHIDIV20 479   6,52   1,38%
  • IDX80 120   1,51   1,27%
  • IDXV30 131   2,38   1,84%
  • IDXQ30 133   1,53   1,16%

Keyakinan Konsumen Turun, Penjualan Eceran Ikut Melambat


Kamis, 11 September 2025 / 18:42 WIB
Keyakinan Konsumen Turun, Penjualan Eceran Ikut Melambat
ILUSTRASI. Pelambatan penjualan eceran yang diprediksi Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2025, dinilai erat kaitannya dengan menurunnya indeks keyakinan konsumen (IKK).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pelambatan penjualan eceran yang diprediksi Bank Indonesia (BI) pada Agustus  2025, dinilai erat kaitannya dengan menurunnya indeks keyakinan konsumen (IKK).

Berdasarkan data BI, kinerja penjualan eceran diperkirakan tetap tumbuh pada Agustus 2025, namun lebih rendah dari bulan sebelumnya. Kinerja penjualan eceran tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Agustus 2025 yang tumbuh sebesar 2,7% secara tahunan atau year on year (yoy) atau mencapai 221,7.

Sejalan dengan itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) kembali melemah pada Agustus 2025. Berdasarkan data BI, IKK tercatat sebesar 117,2, turun dari posisi bulan sebelumnya yang mencapai 118,1.

Ekonom Center of Reform on Economic atau CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menilai, penurunan keyakinan konsumen ini, terutama di kelas menengah-bawah yang mulai memasuki zona pesimisme akibat tekanan inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok.

“Ini mendorong konsumen mengurangi belanja non-esensial sehingga berdampak langsung pada penjualan eceran dan memicu prediksi perlambatan lebih lanjut pada Oktober 2025 dan Januari 2026,” tutur Yusuf kepada Kontan, Kamis (11/9/2025).

Baca Juga: BI Proyeksikan Kinerja Penjualan Eceran Melambat pada Agustus 2025

Dari sisi ekonomi makro, Yusuf menilai penurunan keduanya memiliki implikasi signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, mengingat sektor retail dan konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 50% hingga 60% terhadap produk domestik bruto (PDB) dan menyerap jutaan tenaga kerja, terutama di UMKM.

Menurutnya, kontraksi yang berkepanjangan bisa memaksa perusahaan memangkas tenaga kerja atau mengurangi jam kerja, memperlambat penyerapan tenaga kerja baru, dan meningkatkan risiko ketimpangan sosial.

Secara keseluruhan, Yusuf menilai, perlambatan keyakinan konsumen serta penjualan eceran juga menandakan pelemahan pertumbuhan ekonomi, karena konsumsi rumah tangga menjadi penggerak utama PDB.

“Dampaknya bisa terasa hingga rantai pasok hingga pendapatan negara, dan target pertumbuhan ekonomi, yang berisiko turun di bawah 5% jika tidak ada stimulus atau kebijakan yang mampu meningkatkan daya beli,” ungkapnya.

Stimulus-stimulus tersebut seperti insentif UMKM atau bantuan langsung tunai, sementara stabilitas inflasi yang diperkirakan BI memberi ruang bagi kebijakan moneter longgar untuk meredam perlambatan tersebut.

Baca Juga: BI: Penjualan Eceran Tiga hingga Enam Bulan Mendatang Diperkirakan Melambat

Selanjutnya: Ini 10 Perusahaan Asuransi Jiwa dengan Aset Terbesar per Juni 2025

Menarik Dibaca: Hujan Lebat Turun di Sini, Simak Peringatan Dini Cuaca Besok (12/9) di Jabodetabek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×