kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.844   -24,00   -0,14%
  • IDX 6.434   -7,94   -0,12%
  • KOMPAS100 921   -1,80   -0,20%
  • LQ45 718   -4,99   -0,69%
  • ISSI 203   1,08   0,54%
  • IDX30 375   -2,82   -0,75%
  • IDXHIDIV20 455   -3,89   -0,85%
  • IDX80 104   -0,49   -0,47%
  • IDXV30 111   -0,91   -0,81%
  • IDXQ30 123   -0,81   -0,65%

Keyakinan Konsumen Turun Pada Februari 2025, Masyarakat Berhemat


Selasa, 11 Maret 2025 / 16:26 WIB
Keyakinan Konsumen Turun Pada Februari 2025, Masyarakat Berhemat


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Optimisme konsumen menurun pada Februari 2025. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode tersebut sebesar 126,4, turun 1,2 poin dibanding bulan sebelumnya, yang sebesar 127,2.

Selain IKK menurun, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga turun, mencapai 138,7, atau lebih rendah dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya sebesar 140,8. Sedangkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat sebesar 114,2, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya sebesar 113,5.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, menurunnya IKK pada Februari 2025 dibandingkan bulan sebelumnya, mengindikasikan bahwa menjelang Ramadan konsumen cenderung lebih berhati-hati dalam pengeluarannya.

“Meskipun indeks ini masih berada dalam zona optimis, penurunan ini mencerminkan adanya kekhawatiran terkait kenaikan harga barang kebutuhan pokok serta faktor ketidakpastian ekonomi yang lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya,” tutur Josua kepada Kontan, Selasa (11/3).

Untuk diketahui, salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan keyakinan konsumen adalah turunnya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 140,8 pada Januari menjadi 138,7 pada Februari.

Baca Juga: Keyakinan Konsumen Turun Pada Februari 2025

Dalam kondisi yang sama, proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi justru meningkat menjadi 74,7% dari sebelumnya 73,6%, sementara proporsi pendapatan yang ditabung turun menjadi 14,7% dari 15,3% dan proporsi pembayaran cicilan turun menjadi 10,6% dari 11,1%.

Josua menilai, kondisi tersebut mengindikasikan bahwa menjelang Ramadan, masyarakat lebih banyak mengalokasikan penghasilannya untuk konsumsi, terutama kebutuhan pokok dan persiapan menyambut bulan suci, meskipun secara keseluruhan mereka tetap berhati-hati dalam belanja barang non-esensial.

“Penurunan tabungan dan cicilan dapat mencerminkan upaya masyarakat untuk menutupi pengeluaran tambahan menjelang Ramadan, yang biasanya mengalami lonjakan karena kenaikan harga bahan pokok dan kebutuhan lain,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Josua menilai, memasuki Ramadan keyakinan konsumen berpotensi mengalami penurunan lebih lanjut, terutama jika inflasi tetap tinggi dan harga bahan pokok terus naik.

Ini disebabkan adanya kenaikan harga kebutuhan dasar yang diantisipasi selama Ramadan dan Idul Fitri dapat semakin menekan daya beli, terutama bagi kelompok dengan pendapatan menengah ke bawah.

Meski demikian, berbagai stimulus ekonomi yang diterapkan pemerintah, seperti diskon tarif transportasi, program mudik gratis, dan operasi pasar untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok, diharapkan dapat membantu menjaga daya beli masyarakat agar tidak turun terlalu dalam.

“Namun jika tekanan inflasi terus berlanjut dan pendapatan riil masyarakat tidak meningkat secara signifikan, maka keyakinan konsumen selama Ramadan kemungkinan akan mengalami pelemahan lebih lanjut dibandingkan bulan sebelumnya,” tandasnya.

Baca Juga: Konsumen Khawatirkan Lapangan Pekerjaan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×