kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Keyakinan Konsumen Turun Tajam, Cermin Daya Beli Melemah dan Susutnya Kelas Menengah


Selasa, 15 April 2025 / 15:32 WIB
Keyakinan Konsumen Turun Tajam, Cermin Daya Beli Melemah dan Susutnya Kelas Menengah
ILUSTRASI. Pelanggan berbelanja di salah satu supermarket Jakarta, Jumat (7/3/2025). Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2025 sebesar 121,1, turun 5,3 poin.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Optimisme konsumen menurun pada Maret 2025. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2025 sebesar 121,1, turun 5,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 126,4.

Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Research, Fithra Faisal Hastiadi, menilai bahwa penurunan IKK pada Maret ini menandai penurunan bulanan ketiga berturut-turut, sekaligus menjadi level terendah sejak Oktober 2024.

Ia menjelaskan bahwa penurunan yang berkelanjutan ini menggarisbawahi meningkatnya tekanan pada daya beli rumah tangga, di tengah menyusutnya kelas menengah dan meningkatnya beban biaya hidup, khususnya di wilayah perkotaan.

Baca Juga: Fundamental Ekonomi Tak Sehat & Ada Deflasi, Jadi Penyebab Daya Beli Lebaran Turun

"Hal ini bertepatan dengan lebih dari 90.000 pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak 2024 dan perilaku belanja yang cenderung lesu pada kuartal pertama tahun ini," ungkap Fithra dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/4).

Fithra juga menyoroti bahwa semua sub-komponen indeks mengalami penurunan, yang menurutnya mencerminkan pesimisme yang meluas di kalangan konsumen. Salah satu yang paling mencolok adalah persepsi terhadap ketersediaan pekerjaan, yang turun tajam sebesar 8,3 poin menjadi 125,9.

Selain itu, pandangan konsumen terhadap kondisi pekerjaan dibandingkan enam bulan lalu juga menurun mendekati ambang batas netral 100 poin, turun 5,9 poin menjadi 100,3. Menurut Fithra, hal ini menunjukkan meningkatnya ketidakamanan dalam pekerjaan. 

Komponen yang berorientasi ke masa depan juga menunjukkan pelemahan. Indeks prospek ekonomi turun sebesar 7,0 poin menjadi 131,7, sementara ekspektasi pendapatan dalam enam bulan ke depan turun 6,3 poin menjadi 137,0. Subindeks kondisi ekonomi saat ini tercatat turun menjadi 110,6.

Baca Juga: Daya Beli Kelas Menengah Bawah Terkikis

"Ini mencerminkan berkurangnya kepercayaan pada kondisi keuangan rumah tangga dalam jangka pendek," jelasnya.

Menariknya, ekspektasi terhadap pendapatan saat ini justru menunjukkan peningkatan marjinal sebesar 1,4 poin menjadi 121,3. Fithra menilai peningkatan ini menunjukkan adanya sedikit ketahanan, yang mungkin dipicu oleh bonus musiman atau penyesuaian upah minimum.

Ke depan, Fithra memperkirakan bahwa penurunan sentimen konsumen yang berkelanjutan dapat menimbulkan risiko signifikan terhadap permintaan domestik, khususnya dalam sektor konsumsi yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

Dengan inflasi yang masih rendah, namun tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan stagnasi upah riil, ia memandang hambatan terhadap pengeluaran diskresioner kemungkinan akan meningkat, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan menengah yang rentan.

Lebih lanjut, ia memperingatkan bahwa melemahnya sentimen konsumen dapat mendorong perubahan perilaku rumah tangga menuju peningkatan tabungan sebagai langkah antisipatif, yang pada gilirannya akan menekan aktivitas sektor ritel dan jasa.

Baca Juga: Volume Penumpang Mudik Lebaran 2025 Turun, Daya Beli Lemah Jadi Faktor

Penurunan keyakinan konsumen secara berkelanjutan juga berpotensi mengurangi konsumsi rumah tangga, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan PDB Indonesia.

Fithra menambahkan, apabila daya beli terus melemah, maka sektor-sektor yang sangat bergantung pada permintaan domestik seperti ritel, barang konsumsi, dan jasa kemungkinan akan menghadapi perlambatan pertumbuhan.

"Dengan demikian, pada tahap siklus pasar saat ini, kami melihat adanya risiko penurunan pada pertumbuhan PDB di bawah 5% pada tahun 2025," tandasnya.

Selanjutnya: Indonesia Percepat Perjanjian Dagang dengan Uni Eropa di Tengah Tekanan Tarif AS

Menarik Dibaca: Cuaca Besok, Bali Kompak Cerah Berawan Sepanjang Hari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×