Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Di tengah ketimpangan konsumsi nasional yang masih tinggi, posisi kelas menengah justru terjepit. Tak semapan kelompok terkaya, tapi juga tidak masuk dalam ketagori terbawah yang mendapat perlindungan sosial.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, 40% kelompok penduduk menengah hanya menyumbang 35,79% dari total pengeluaran nasional per Maret 2025.
Angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan pada September 2024 sebesar 35,35% dan Maret 2024 sebesar 35,69%.
Baca Juga: BPS Mencatat Porsi Belanja si Kaya Turun, tapi Ketimpangan Tetap Lebar
Kendati begitu, porsi ini masih tertinggal dari kelompok 20% terkaya yang menikmati 45,56% konsumsi nasional. Sementara di sisi lain, kelompok 40% termiskin menguasai 18,65% pengeluaran.
Hal ini mengindikasikan struktur konsumsi yang sangat timpang, di mana kelompok menengah tak cukup kuat untuk mengimbangi dominasi si kaya, dan tak cukup kecil untuk mendapat perlindungan sosial seperti kelompok bawah.
Baca Juga: Gini Rasio Indonesia Turun, Tapi Ketimpangan di Kota Masih Tinggi
Ketimpangan konsumsi lebih terasa di kota. BPS mencatat, di wilayah perkotaan, kelompok 40% menengah hanya menguasai 34,98% pengeluaran per Maret 2025, jauh di bawah kelompok atas yang mencaplok 47,38%.
Sebaliknya, di perdesaan, porsi belanja kelas menengah sedikit lebih tinggi yaitu 39,52%, karena belanja kelompok terkaya lebih rendah di desa hanya 38,73%.
Selanjutnya: Laba BTPN Syariah Melesat 16,6%, Analis Ini Mendongkrak Target Harga BTPS
Menarik Dibaca: Sensodyne Luncurkan Pasta Gigi Perlindungan Ganda Cegah Gigi Berlubang & Sensitif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News