Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan daya beli pada kuartal II-2025 diperkirakan stagnan cenderung melemah dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sejumlah Ekonom memperkirakan momentum perayaan Idul Adha dan pembayaran gaji ke-13 untuk ASN belum mampu mendongkrak proporsi konsumsi di atas kuartal I-2025.
Ekonom Bright Institute Yanuar Rizky manyampaikan, jika melihat realisasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2025 yang mana pencairan THR juga tidak mampu mendongkrak daya beli saat momentum menjelang Idul Fitri.
Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Melemah, Ini Strategi Jasindo Dongkrak Premi Asuransi Perjalanan
"Jadi, gaji ke-13 dan Idul Adha yang momennya tak sebesar idul fitri, dan tak akan mampu mendongkrak konsumsi. Sehingga konsumsi rumah tangga akan stagnan, dan cenderung turun di kisaran 4,79% sampai dengan 4,89%," ungkap Yanuar kepada Kontan, Senin (12/4).
Lebih lanjut Yanuar menjelaskan, sejumlah penghambat daya beli tahun ini adalah konsumsi kelas menengah bawah yang dibiayai tabungan yang juga berimplikasi pada menipisnya saldo tabungan.
Belum lagi terkait kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kartu kredit perbankan yang meningkat, begitu juga dengan masyarakat kelas bawah yang hidupnya dibiyai pinjaman online juga mengalami pemburukan NPL.
"Jadi, kalaupun ada gaji ke 13, kecenderungan di kelas tengah bawah dipakai untuk membayar pinjaman, bukan konsumsi," jelas Yanuar.
Sementara itu Kepala Makroekonomi dan Keuangan Indef Muhammad Rizal Taufikurahman memperkirakan konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan moderat, dengan estimasi pertumbuhan berada pada kisaran 4,9% hingga 5,0% yoy. Ia menyebut faktor musiman seperti pembayaran gaji ke-13 dan Idul Adha cukup berpotensi mendorong peningkatan konsumsi dalam jangka pendek.
"Tapi tetap ada indikasi kehati-hatian konsumen dalam belanja yang dipengaruhi tekanan harga dan ketidakpastian ekonomi global yang merambat ke domestik," ungkapnya kepada Kontan.
Lebih lanjut Rizal menyebut efektivitas kebijakan stimulus fiskal dari pemerintah untuk mendongkrak konsumsi sangat bergantung pada persepsi konsumen terhadap stabilitas ekonomi serta keberlanjutan pendapatan.
Baca Juga: Daya Beli Masyarakat yang Belum Membaik Tekan Kinerja Ritel Kuartal I 2025
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan pertumbuhan konsumsi di kuartal II-2025 sekitar 4,83% yoy, atau lebih lambat dibandingkan kuartal I-2025 yakni 4,89% yoy.
Realisasi belanja fiskal yang meningkat di kuartal II, termasuk THR dan gaji ke-13 yang biasanya cair jelang pertengahan tahun, dan bisa berpotensi mendorong konsumsi.
"Tapi tetap ada peningkatan kehati-hatian masyarakat terhadap prospek kerja dan usaha. Daya beli belum melemah, tetapi realisasi belanja rumah tangga bisa tertahan," ungkap Josua.
Sejumlah hambatan lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan konsumsi rumah tangga menurut Josua yakni meningkatnya kehati-hatian masyarakat, tercermin dari peningkatan tabungan dan penurunan rasio konsumsi.
Selain itu juga kekhawatiran terhadap prospek pekerjaan dan usaha, terutama di tengah ketidakpastian global sepeti tarif dagang AS, risiko resesi. Serta tekanan inflasi sektoral, meski inflasi umum terjaga, harga beberapa bahan pangan dan transportasi masih fluktuatif.
"Kebijakan fiskal yang efisien belanja pemerintah di awal tahun ikut menahan efek multiplier belanja masyarakat," ungkap Josua
Menurutnya respons kebijakan fiskal dan stabilitas harga akan menjadi penentu utama dalam menjaga momentum konsumsi ke depan.
Selanjutnya: Thirteen Dead after Blast During Indonesian Military Ammunition Disposal
Menarik Dibaca: 7 Obat Penurun Kolesterol Alami Paling Cepat yang Dapat Anda Coba
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News