Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momentum libur panjang pada Mei dan Juni 2025, termasuk cuti bersama dan hari libur keagamaan, memberikan dorongan musiman terhadap konsumsi rumah tangga.
Namun, menurut Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengatakan, dampaknya terhadap pola belanja masyarakat belum cukup kuat untuk mendorong pemulihan konsumsi secara struktural.
Ia menjelaskan, secara historis libur panjang tersebut memang berpotensi mendorong konsumsi rumah tangga terutama pada sektor transportasi, akomodasi, makanan-minuman, dan ritel dan pariwisata domestik.
"Namun berdasarkan indikator-indikator terbaru, dampaknya terhadap belanja masyarakat terlihat moderat, tidak sekuat periode yang sama pada tahun-tahun sebelum pandemi atau sebelum tekanan ekonomi meningkat," ujar kepada Kontan.co.id, Senin (30/6).
Baca Juga: Kelas Menengah Jadi Penopang Belanja Masyarakat selama Libur Panjang pada Mei 2025
Rizal mengutip data dari Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) edisi Mei 2025 yang menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih stagnan di zona optimis moderat. Lebih mengkhawatirkan lagi, sub-indeks penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja tercatat melemah.
"Ini menunjukkan bahwa meskipun masyarakat tetap melakukan belanja musiman selama libur panjang, preferensi menabung dan kehati-hatian tetap dominan di tengah beban cicilan yang meningkat seperti DTI ratio Mei naik menjadi 10,8%," katanya.
Dengan demikian, libur panjang yang terjadi pada Mei dan Juni 2025 memang secara teoritis berpotensi mendorong konsumsi masyarakat, khususnya pada sektor-sektor seperti pariwisata, makanan-minuman, transportasi, dan ritel.
Baca Juga: Ada Program Diskon Belanja Saat Daya Beli Turun, Mampukah Mendongkrak Konsumsi?
Namun secara faktual, Rizal menekankan bahwa dorongan konsumsi yang timbul bersifat musiman dan tidak cukup kuat untuk mengubah tren belanja masyarakat yang masih cenderung berhati-hati.
Data Indeks Keyakinan Konsumen BI terbaru menunjukkan bahwa optimisme masyarakat stagnan, bahkan sub-indeks penghasilan dan lapangan kerja justru menunjukkan pelemahan.
Hal ini menegaskan bahwa meskipun ada momentum belanja selama libur, kekuatan konsumsi masyarakat belum pulih secara struktural.
"Kecenderungan menahan belanja masih tinggi karena tekanan daya beli akibat inflasi pangan, beban cicilan, dan ketidakpastian pasar tenaga kerja," pungkasnya.
Baca Juga: Pelemahan Daya Beli Masyarakat Tekan Penerimaan Pajak Konsumsi dan Barang Mewah
Selanjutnya: Pemerintah Deregulasi 10 Komoditas Impor, Produk Tekstil Tetap Diawasi Ketat
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 1-2 Juli, Provinsi Berikut Siaga Hujan Sangat Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News