kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.404   -31,00   -0,19%
  • IDX 7.189   48,36   0,68%
  • KOMPAS100 1.047   6,09   0,59%
  • LQ45 816   4,20   0,52%
  • ISSI 226   0,91   0,40%
  • IDX30 426   2,23   0,53%
  • IDXHIDIV20 512   1,28   0,25%
  • IDX80 118   0,50   0,43%
  • IDXV30 122   0,39   0,32%
  • IDXQ30 140   0,43   0,31%

Inflasi Domestik Terkendali, Peluang BI Pangkas Suku Bunga Acuan Terbuka


Selasa, 20 Mei 2025 / 05:16 WIB
Inflasi Domestik Terkendali, Peluang BI Pangkas Suku Bunga Acuan Terbuka
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama jajaran Deputi Gubernur BI memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (19/3/2025). Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora, Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini. Jika proyeksi tersebut terealisasi, suku bunga acuan akan berada di level 5,5%.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa kondisi inflasi domestik saat ini masih terkendali. 

Pada April 2025, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,95%, masih berada dalam rentang target BI sebesar 1,5% hingga 3,5%. “Ini memberikan ruang yang cukup untuk kebijakan moneter yang lebih akomodatif,” kata Josua, Senin (19/5).

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Proyeksi BI Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Bps Jadi 5,5% di Mei 2025

Josua memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 melambat menjadi 4,87% secara tahunan. 

Menurutnya, pelonggaran kebijakan moneter dibutuhkan untuk mendorong permintaan agregat. Dari sisi eksternal, membaiknya kondisi global turut mendukung kebutuhan pelonggaran tersebut.

Surplus perdagangan Indonesia juga meningkat, menjadi US$10,92 miliar pada kuartal I-2025, naik dari US$7,41 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Selain itu, hasil perundingan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China menunjukkan potensi pencabutan tarif balasan secara mutual, dari level di atas 100% menjadi masing-masing 30% dan 10% untuk periode sementara selama 90 hari.

Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga Acuan, Yield SUN 10 Tahun Berpotensi Naik ke 7,5%

Data inflasi AS menunjukkan tren penurunan baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Hal ini mengindikasikan kemungkinan The Federal Reserve (The Fed) akan segera memulai pemangkasan suku bunga kebijakan. 

Sentimen tersebut mendorong masuknya aliran modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Per 16 Mei 2025, nilai tukar rupiah telah menguat 0,98% dan menembus level di bawah Rp16.500 per dolar AS.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menilai saat ini merupakan waktu yang tepat bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan, mengingat penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Ia juga menyebut adanya peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebesar 50 bps ke level 4%, meskipun kemungkinan itu baru terjadi pada semester kedua tahun ini.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Usai BI Pangkas Suku Bunga 25 Bps

“Pasar sendiri konsensusnya ada di 5,25%. Jadi kami melihat, mungkin paling cepat kalau memang rupiahnya relatif stabil, ada ruang pemangkasan suku bunga acuan 25 basis di RDG bulan ini,” ujar Andry.

Sementara itu, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian dan Ekonom Pasar Global Myrdal Gunarto juga menilai perlambatan ekonomi domestik pada kuartal I perlu segera direspons dengan kebijakan yang mendukung pertumbuhan, termasuk melalui pemangkasan suku bunga acuan.

Namun, pandangan berbeda disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Central Asia, David Sumual. Ia memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan karena fokus pada stabilitas di tengah ketidakpastian kebijakan tarif resiprokal dari AS. 

“The Fed juga masih mempertahankan suku bunga,” ujar David.

Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5,75%, Perry Ungkap Sejumlah Alasannya

Ia menambahkan, perlambatan konsumsi rumah tangga saat ini lebih disebabkan oleh efek basis yang tinggi pada tahun lalu, seiring dengan momentum pemilihan umum dan belum optimalnya belanja pemerintah.

Menurut David, BI kemungkinan baru akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini.

Selanjutnya: LinkAja Targetkan Transaksi Naik 10% di Tahun 2025, Intip Strateginya

Menarik Dibaca: Poco M4 Pro Harga Mei 2025 Masih Layak Dibeli? Cek Kelebihannya Berikut ini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×