Reporter: Indra Khairuman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tidak akan menembus angka 5% pada semester II-2025. Hal tersebut dipicu oleh lambatnya konsumsi rumah tangga dan potensi penyempitan surplus perdagangan akibat kebijakan global.
Tantangan ini semakin diperparah dengan tidak adanya momen lebaran yang biasanya mendorong peningkatan belanja.
Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, mengatakan bahwa meski ada kontroversi terkait pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang tercatat di angka 5,12%, banyak lembaga yang memproyeksikan juga bahwa pertumbuhan tersebut tidak akan bisa setinggi itu.
“Kalau kami kan dari peneliti ini kan melihatnya dari leading indicators,” jelas Faisal kepada Kontan.co.id, Senin (18/8/2025).
Baca Juga: Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4%, Pengusaha Ingatkan Pemerintah Jaga Daya Beli
Ia menekankan bahwa konsumsi dari rumah tangga, yang punya kontribusi paling besar terhadap ekonomi, masih menunjukkan perkembangan yang lambat.
“Ini masih relatif lambat, belum ada kecenderungan untuk mengalami peningkatan secara signifikan,” ujar Faisal.
Menurut Faisal, penerapan tarif resiprokan oleh Amerika Serikat (AS) memiliki potensi untuk memperburuk keadaan.
“Dengan adanya kebijakan tarif resiprokal Trump, yang kemudian kita juga beli dengan membayar banyak sekali kebijakan yang akan berdampak terhadap lonjakan impor,” ucap Faisal.
Ia menegaskan bahwa kebijakan ini bisa menyempitkan surplus perdagangan Indonesia.
“Artinya potensi untuk menyempitkan surplus perdagangan sangat besar bahkan bisa mengarah kepada defisit at some point,” kata Faisal.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 5,12% Dinilai Masuk Akal, Ekonom Bank Permata Ungkap Datanya
Faisal juga mencatat bahwa meski ada lonjakan signifikan pada investasi, hal itu tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan di atas 5%.
"Katakalah investasi meningkat ya mungkin belum bisa mencapai pertumbuhan di 5% juga ya, kalaupun mungkin bisa lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal satu, tapi menurut kami ya sepertinya tidak sampai juga 5% di semester kedua gitu,” ucap Faiusal.
Dengan melihat semua faktor tersebut, ia menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester II mungkin tdiak akan menyentuh angka 5%.
“Secara umum pun, diluar deal tersebut sebetulnya secara umum global bahwa kebijakan Amerika ini akan berdampak terhadap penyusutan demand global,” tambah Faisal.
Selanjutnya: Ribuan Warga Palestina Tinggalkan Gaza City, Khawatir Serangan Darat Israel
Menarik Dibaca: Simak Manfaat Spirulina untuk Tumbuh Kembang Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News