Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
Meski pertumbuhannya paling besar, kontribusi atau distribusi konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 6,25%, dan konsumsi LNPRT hanya sebesar 1,43%. Ini jauh lebih rendah dari konsumsi rumah tangga yang kontribusinya paling tinggi yakni sebesar 54,93%.
Meskipun kecil kontribusinya ke pertumbuhan ekonomi, namun Ahmad menyayangkan tingginya konsumsi pemerintah dan LNPRT tidak bisa menjadi penggerak atau stimulus konsumsi rumah tangga agar bisa tumbuh lebih tinggi lagi.
“Jadi belanja pemerintah bukan hanya sekedar mengeluarkan uang dari APBN, tapi harapannya untuk menggerakan ekonomi di komponen lainnya. Misalnya gelontoran anggaran pemerintah diharapkan bisa stimulus konsumsi masyarakat, investasi sampai ke ekspor, tetapi kelihatannya belum sampai ke sana,” ungkapnya.
Baca Juga: Ekonom: Indonesia Butuh Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru
Di samping itu, Ahmad juga menilai upaya pemerintah untuk menstimulus perekonomian belum begitu berhasil. Salah satunya karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi.
“Artinya stimulus yang digelontorkan baik dari sisi produksi dan konsumsi belum terkena, belum bisa menggerakan ekonomi secara optimal,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News