Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Di tengah lesunya pengeluaran rumah tangga akibat tekanan ekonomi, sebuah tren menarik dialami masyarakat Indonesia.
Berdasarkan laporan Indonesia Economic Outlook (IEO) Q3-2025 dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), konsumen Indonesia mengalami lipstick effect.
Lipstick effect adalah kebiasaan konsumen yang tetap membelanjakan uang untuk membeli produk-produk kecil agar mendapat kepuasan instan, misalnya produk kosmetik dan layanan perawatan pribadi.
Hal ini juga ditandai dengan pengeluaran rumah tangga untuk barang-barang besar seperti elektronik dan pakaian yang terus menurun, sementara belanja kosmetik justru naik.
Diketahui, dalam lima tahun terakhir, pengeluaran untuk elektronik dan peralatan rumah tangga turun dari 2,89% (2019) menjadi 1,95% (2024), dikutip dari Kompas.com, Rabu (6/8/2025).
Pengeluaran untuk pakaian dan alas kaki juga turun dari 2,84% menjadi 2,25% pada periode yang sama.
Sementara itu, pengeluaran untuk kosmetik dan perawatan pribadi meningkat dari 1,14% menjadi 1,27%. Adapun hal ini juga diperkuat dengan data inflasi jasa perawatan pribadi melonjak dari 3,56% pada triwulan I 2024 menjadi 8,71% dalam triwulan I 2025.
Lantas, apa yang menyebabkan terjadinya lipstick effect?
Baca Juga: Tanggapi Istilah Rojali dan Rojana, Istana Sebut Model Jual Beli Sudah Berkembang
Penyebab lipstick effect
Dilansir dari Very Well Mind (4/9/2024), istilah lipstick effect pertama kali diusulkan oleh ekonom dan profesor sosiologi Juliet Schor dalam bukunya The Overspent American yang terbit pada tahun 1998.
Pada saat itu, istilah ini digunakan untuk menyebut fenomena ketika banyak perempuan cenderung berfoya-foya dengan barang mewah kecil di tengah ketidakpastian ekonomi.
Studi pada tahun 2012 menyebut bahwa secara psikologis, tren ini terjadi karena hasrat perempuan yang meningkat untuk mendapat pasangan mapan ketika terjadi gejolak ekonomi.
Dengan begitu, mereka terdorong untuk mempercantik penampilan dan dibuktikan dengan naiknya konsumsi kosmetik tersebut.
Selain itu, penelitian pada 2020 juga menunjukkan bahwa lipstick effect ini juga disebabkan oleh keinginan memanjakan diri dengan cara yang hemat selama krisis ekonomi.
Peneliti perilaku konsumen dan profesor pemasaran di Fakultas Manajemen Institut Teknologi New York, Colleen Kirk menambahkan bahwa tren ini bermanfaat memberikan "rasa kendali" di tengah ketidakpastian ekonomi.
Baca Juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,12% Kuartal II-2025, Apindo Soroti Fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’
"Hal itu membuat orang (merasa) punya kendali atas hidupnya ketika sebenarnya tidak memilikinya. Sebab kendali itu direnggut oleh kekuatan eksternal," tutur Kirk.
Senada, terapis keuangan Lindsay Bryan-Podvin mengatakan bahwa kemerosotan ekonomi membuat orang memiliki perasaan kehilangan kendali yang lebih besar dan kecemasan.
"Berbelanja adalah pengalaman yang sangat mudah ditebak. Bisa diprediksi dan rasa kendali itulah yang kita dambakan," ujar Bryan-Podvin.