kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.491.000   15.000   1,02%
  • USD/IDR 15.814   41,00   0,26%
  • IDX 7.172   37,45   0,52%
  • KOMPAS100 1.103   9,26   0,85%
  • LQ45 875   6,95   0,80%
  • ISSI 219   1,98   0,91%
  • IDX30 447   3,22   0,73%
  • IDXHIDIV20 539   3,38   0,63%
  • IDX80 127   1,09   0,87%
  • IDXV30 135   1,19   0,89%
  • IDXQ30 149   1,06   0,72%

Ekonom Indef Sebut Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Kuartal I-2024 Tak Optimal


Selasa, 07 Mei 2024 / 15:13 WIB
Ekonom Indef Sebut Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Kuartal I-2024 Tak Optimal
ILUSTRASI. Suasana masyarakat berbelanja kebutuhan pokok sebelum memasuki bulan puasa di ritel modern, Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Senin (11/3). Indef Menilai Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Kuartal I 2024 Masih Kurang Optimal.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2024  kurang optimal. Padahal pada periode tersebut, realisasi belanja pemerintah tumbuh ditopang momentum Ramadan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Konsumsi rumah tangga pada periode Januari-Maret 2024 tersebut tumbuh sebesar 4,91% secara tahunan atau year on year (yoy).

Komponen ini masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran yakni mencapai 54,93% terhadap produk domestik bruto (PDB), dan merupakan tertinggi sejak 2022.

Baca Juga: Menko Airlangga: Ekonomi Indonesia Kuartal I-2024 Tertinggi Sejak 2015

Peneliti Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus menyampaikan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga harusnya bisa ditingkatkan lagi, di atas pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,11% pada kuartal I 2024.

Sebab pada periode tersebut realisasi belanja pemerintah pusat meningkat cukup tinggi 23,1% dari periode sama tahun lalu.

Belanja tersebut diantaranya disalurkan untuk berjalannya pemilihan umum 2024, dan realisasi belanja bansos yang juga meningkat 20,7% dari tahun lalu. Di samping itu pada kuartal I-2024 juga ada momentum Ramadan yang biasanya akan mendorong konsumsi lebih tinggi.

“Kontributor utama ekonomi kita yaitu konsumsi rumah tangga, angkanya harusnya bisa ditingkatkan lagi. Karena kalau kontributor utama masih tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi secara umum, maka akan sulit terakselerasi,” tutur Ahmad dalam agenda diskusi bersama Indef, Selasa (7/5).

Baca Juga: Ekonomi Tumbuh 5,11% pada Kuartal I 2024, Ini Kata BI

Adapun konsumsi pemerintah dan konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) menjadi komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan komponen lainnya, dengan masing-masing tercatat sebesar 19,90% dan 24,29%.

Meski pertumbuhannya paling besar, kontribusi atau distribusi konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 6,25%, dan konsumsi LNPRT hanya sebesar 1,43%. Ini jauh lebih rendah dari konsumsi rumah tangga yang kontribusinya paling tinggi yakni sebesar 54,93%.

Meskipun kecil kontribusinya ke pertumbuhan ekonomi, namun Ahmad menyayangkan tingginya konsumsi pemerintah dan LNPRT tidak bisa menjadi penggerak atau stimulus konsumsi rumah tangga agar bisa tumbuh lebih tinggi lagi.

“Jadi belanja pemerintah bukan hanya sekedar mengeluarkan uang dari APBN, tapi harapannya untuk menggerakan ekonomi di komponen lainnya. Misalnya gelontoran anggaran pemerintah diharapkan bisa stimulus konsumsi masyarakat, investasi sampai ke ekspor, tetapi kelihatannya belum sampai ke sana,” ungkapnya.

Baca Juga: Ekonom: Indonesia Butuh Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru

Di samping itu, Ahmad juga menilai upaya pemerintah untuk menstimulus perekonomian belum begitu berhasil. Salah satunya karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi.

“Artinya stimulus yang digelontorkan baik dari sisi produksi dan konsumsi belum terkena, belum bisa menggerakan ekonomi secara optimal,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×