kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%

Devisa hasil ekspor minim dikonversi mata uang lokal, bagaimana dampaknya rupiah?


Minggu, 29 Desember 2019 / 17:27 WIB
Devisa hasil ekspor minim dikonversi mata uang lokal, bagaimana dampaknya rupiah?
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (22/1). Devisa ekspor minim dikonversi ke rupiah tak efektif sokong penguatan nilai tukar.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA.  Bank Indonesia (BI) mencatat nilai devisa hasil ekspor (DHE) yang dikonversikan ke dalam kurs rupiah masih relatif kecil sepanjang tahun ini.

Data yang diterima Kontan, total devisa hasil ekspor (DHE) sepanjang tahun ini hingga Oktober lalu sebesar US$ 110,56 juta. Sebanyak US$ 105,74 juta atau 95,6% masuk ke perbankan domestik.

Baca Juga: BI: Kewajiban neto posisi investasi Indonesia menurun di kuartal III 2019

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayan mengatakan, porsi DHE yang dikonversi ke rupiah masih di bawah 20%. Sebagian besar DHE yang ditempatkan di perbankan dalam negeri masih dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS).

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, penempatan DHE di perbankan domestik yang relatif tinggi tak efektif menyokong kinerja penguatan nilai tukar rupiah.

“Kalau hanya masuk saja (ke perbankan domestik), itu hanya menjadi potential supply. Akan menjadi effective supply kalau devisa dikonversi ke rupiah,” tutur Piter saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/12).

Baca Juga: BI mencatat konversi devisa hasil ekspor ke rupiah masih di bawah 20%

Piter menilai, setidaknya ada dua alasan utama mengapa nilai devisa yang dikonversikan ke rupiah oleh eksportir masih rendah. Pertama, tidak adanya kewajiban dari pemerintah agar eksportir mengonversi devisanya dari dolar AS ke rupiah.

Kedua, pengusaha eksportir masih memandang adanya risiko volatilitas dan pelemahan nilai tukar rupiah ke depan. “Jadi sangat wajar kalau eksportir menahan dollar-nya,” sambung Piter.

Oleh karena itu, penting bagi BI dan pemerintah untuk betul-betul memperbaiki kondisi neraca transaksi berjalan lantaran hal itulah yang menggambarkan struktur supply demand valas secara keseluruhan.

Baca Juga: BI: Total devisa hasil ekspor yang masuk ke perbankan domestik capai 95%

Selama transaksi berjalan masih mengalami defisit yang besar, maka Indonesia masih kekurangan valas dan risiko pelemahan rupiah sangat rentan terjadi.

“DHE hanya sebagian kecil dari porsi valas melalui arus perdagangan barang sehingga dampaknya ke kinerja nilai tukar juga tidak begitu besar. Tambah lagi, yang dikonversi ke rupiah cuma kecil, jadi makin tidak efektif,” kata Piter.

Baca Juga: Data DHE terintegrasi, pemerintah lebih mudah beri insentif bagi eksportir yang patuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×