kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   -27.000   -1,39%
  • USD/IDR 16.830   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.400   -41,63   -0,65%
  • KOMPAS100 918   -5,59   -0,61%
  • LQ45 717   -5,96   -0,82%
  • ISSI 202   0,24   0,12%
  • IDX30 374   -3,30   -0,87%
  • IDXHIDIV20 454   -4,95   -1,08%
  • IDX80 104   -0,73   -0,70%
  • IDXV30 110   -1,18   -1,06%
  • IDXQ30 123   -1,18   -0,95%

Deflasi Pada Februari 2025, Celios: Masyarakat Tahan Belanja untuk Keperluan Ramadan


Senin, 03 Maret 2025 / 16:01 WIB
Deflasi Pada Februari 2025, Celios: Masyarakat Tahan Belanja untuk Keperluan Ramadan
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt. Celios menilai, deflasi yang terjadi pada Februari 2025, diindikasikan sebagai tanda menahan diri untuk belanja untuk memenuhi kebutuhan Ramadan


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Center of Economic and law Studies (Celios) menilai, deflasi yang terjadi pada Februari 2025, diindikasikan sebagai tanda masyarakat menahan diri untuk belanja, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan Ramadan dan Lebaran.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali mencatatkan deflasi, nilainya mencapai 0,48% month to month (mtm) pada Februari 2025. Secara tahunan juga terjadi deflasi sebesar 0,09% year on year (yoy) dan secara tahun kalender mengalami deflasi 1,24% (Februari 2025 terhadap Desember 2024).

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menyampaikan, deflasi terjadi bukan semata karena dipengaruhi diskon tarif listrik yang dilakukan pemerintah selama periode Januari-Februari 2025.

Menurutnya, dari sisi permintaan harusnya semakin naik setelah ada diskon tarif listrik, karena uang yang dihemat dari pengeluaran listrik bisa dibelanjakan masyarakat untuk keperluan lainnya.

Baca Juga: Deflasi 2 Bulan Beruntun, Sinyal Daya Beli Lemah? Ini Kata BPS

“Kalau masih deflasi juga artinya uangnya memang tidak ada atau sedang terjadi aksi saving,” tutur Bhima kepada Kontan, Senin (3/3).

Bhima juga menyampaikan, deflasi menandakan kegiatan belanja masyarakat sedang melambat. Artinya masyarakat melakukan kegiatan makan tabungan sejalan dengan simpanan perseorangan yang merosot.

Sejalan dengan itu, Ia juga mencatat, pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor padat karya masih marak, sehingga menjadi alarm dari sisi demand pull inflation.

Indikasi lain adalah masyarakat menahan belanja pada Februari untuk penuhi kebutuhan saat Ramadhan-Lebaran.

“Semoga belanjanya cuma ditunda ya bukan tidak mau belanja,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia memproyeksikan, pada Maret 2025 atau saat periode Ramadan akan terjadi inflasi sebesar 0,1% mtm. Ini dipengaruhi oleh momen seasonal Ramadan dan Lebaran. Serta berakhirnya diskon tarif listrik. Selain itu, harga pangan juga dinilai, akan mendorong inflasi terutama cabai, kelapa, minyak goreng, bawang merah.

Meski demikian, Ia khawatir pada bulan selanjutnya IHK bisa kembali berbalik deflasi, apabila pola konsumsi masyarakat kembali ke bulan Februari 2025.

“Sementara banyak efisiensi belanja pemerintah yang mempengaruhi pergerakan harga barang juga,” tandasnya.

Baca Juga: Apakah Bulan Ramadan Akan Kembali Deflasi? Ini Kata BPS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×