Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) menepis terkait deflasi yang terjadi dua bulan beruntun yakni Januari-Februari 2025 mencerminkan daya beli yang melemah.
Untuk diketahui, Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali mencatatkan deflasi, nilainya mencapai 0,48% month to month (mtm) pada Februari 2025. Secara tahunan juga terjadi deflasi sebesar 0,09% year on year (yoy) dan secara tahun kalender mengalami deflasi 1,24% (Februari 2025 terhadap Desember 2024).
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, biasanya komponen inti mencerminkan daya beli masyarakat. Akan tetapi, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,25% mtm, dan 2,48% yoy.
“Biasanya daya beli itu dikaitkannya dengan komponen inti. Komponen inti ini memberikan andil inflasi terbesar dengan andil inflasi sebesar 1,58%,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/3).
Baca Juga: BPS: Nilai Tukar Petani Turun 0,18% pada Februari 2025
Kemudian yang memberikan andil terhadap deflasi secara tahunan adalah disebabkan harga yang diatur pemerintah, terutama karena adanya diskon listrik yang 50% yang masih berlangsung sampai dengan Februari 2025.
Adapun yang memberikan andil inflasi inti secara bulanan adalah emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil. Sedangkan secara tahunan, adalah emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.
Untuk diketahui, deflasi secara beruntun pernah terjadi pada 2024 selama lima bulan beruntun atau terjadi sejak Mei hingga September 2024.
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029 disebutkan, yang memicu terjadinya pemutusan hubungan kerja adalah rendahnya daya beli masyarakat. Hal ini terlihat dari deflasi yang terjadi pada komponen harga yang diatur pemerintah dan harga bergejolak.
Menurut Laporan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas Indonesia (2024), komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi dari 1,68% pada Agustus 2024 menjadi l,40% pada September 2024.
Sementara itu, komponen harga bergejolak mengalami deflasi yang signifikan, dari 3,04% pada Agustus 2024 menjadi 1,43% pada September 2024.
Daya beli masyarakat yang rendah berimplikasi pada menurunnya permintaan terhadap barang-barang yang diproduksi oleh industri. Dengan permintaan yang lemah, industri tidak dapat memenuhi biaya operasional, yang pada akhirnya memaksa untuk mengurangi jumlah karyawan atau bahkan menutup usaha.
Baca Juga: Harga Beras Di Tingkat Grosir dan Eceran Meningkat pada Februari 2025
Selanjutnya: Periksa Jadwal Buka Puasa Kota Magelang dan Sekitarnya Hari Ini Senin (3/3)
Menarik Dibaca: Promo 3.3 The Body Shop, Parfum-Body Wash Diskon 50% sampai 6 Maret 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News