kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Defisit primer APBN melebar jadi Rp 120 triliun


Kamis, 23 Mei 2013 / 20:06 WIB
Defisit primer APBN melebar jadi Rp 120 triliun
ILUSTRASI. Berikut kesalahan dekorasi yang akan membuat rumah Anda terlihat murahan alih-alih mewah.


Reporter: Herlina KD | Editor: Amal Ihsan

JAKARTA. Lambatnya pemulihan ekonomi global yang berdampak negatif pada kinerja neraca pembayaran membuat defisit keseimbangan primer meningkat. Dalam APBNP 2013 keseimbangan primer mencatatkan defisit alias negatif Rp 120,8 triliun, naik Rp 80,7 triliun ketimbang dalam APBN 2013 yang sebesar Rp 40,1 triliun. Pemerintah memperkirakan keseimbangan primer baru kembali positif alias surplus pada tahun 2016 - 2017 nanti.

Menteri Keuangan Chatib Basri menuturkan, dalam APBNP 2013 defisit keseimbangan primer semakin melebar. "Ini terjadi akibat penurunan di pajak, dan struktur pengeluaran yang terus meningkat," ungkapnya Kamis (23/5).

Ia menjelaskan, dari sisi penerimaan terjadi penurunan di sektor perpajakan akibat turunnya kinerja sumber penerimaan pajak. Diantaranya penurunan harga komoditas ekspor yang membuat setoran pajak dari perusahaan eksportir menurun.

Sementara itu, di sisi pengeluaran, struktur belanja pemerintah tidak terlalu fleksibel, diantaranya karena ada kewajiban anggaran pendidikan 20% yang membuat anggaran belanja pendidikan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah belanja. Alhasil, "Ada masalah di keseimbangan primer. Ini yang akan saya kaji secara khusus," kata Chatib.

Pelebaran defisit keseimbangan primer ini, kata Chatib dalam jangka pendek akan berdampak pada bertambahnya tekanan rasio utang pemerintah. Dalam draft RAPBNP 2013 disebutkan, rasio utang terhadap PDB Indonesia akan meningkat 0,37% menjadi 23,5%. Semula, dalam APBN 2013 rasio utang pemerintah terhadap PDB sekitar 23,13%. Namun, Chatib bilang rasio utang di bawah 24% dari PDB ini masih cukup aman.

Catatan saja, dalam RAPBNP 2013 pemerintah menargetkan pendapatan negara sebesar Rp 1.488,3 triliun, lebih rendah ketimbang APBN 2013 yang sebesar Rp 1.529,7 triliun. Penerimaan perpajakan dalam RAPBNP 2013 sdikoreksi menjadi Rp 1.139,3 triliun dari yang semula sebesar Rp 1.193 triliun dalam APBN 2013. Sementara itu, belanja negara dalam RAPBNP 2013 sebesar Rp 1.722 triliun naik dari APBN 2013 yang sebesar Rp 1.683 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×