Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyatakan, ekonomi syariah Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dan kini menempati peringkat tiga besar dunia, berdasarkan State of Global Islamic Economics Report 2024 - 2025.
Meski demikian, porsi keuangan syariah di Indonesia dinilai masih perlu diperkuat agar bisa menyeimbangi besarnya permintaan.
"Demandnya sudah ada, sektornya sudah bergerak. Tinggal bagaimana suplainya yaitu dalam hal ini keuangannya, itu harus bersama-sama kita kembangkan,” kata Destry dalam Sarasehan Nasional Ekonomi Syariah, Rabu (13/8/2025).
BI mencatat, total aset perbankan syariah per Juli 2025 baru mencapai Rp940 triliun atau 7,35% dari total aset perbankan nasional. Di pasar uang, rata-rata harian transaksi pasar uang syariah hanya sekitar Rp 2 triliun, atau 4% dari rata-rata transaksi pasar uang total sebesar Rp 50 triliun.
Baca Juga: Gubernur BI Ungkap Strategi Perkuat Posisi Indonesia di Keuangan Syariah Dunia
Menurut Destry, kondisi ini justru menjadi peluang besar untuk mengembangkan sektor keuangan syariah. Salah satunya melalui inovasi produk yang mempermudah akses masyarakat, seperti yang salah satunya dilakukan Bank Syariah Indonesia (BSI) dengan memecah sukuk menjadi nominal kecil sehingga bisa dibeli ritel.
Ia menegaskan, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah memerlukan sinergi seluruh pihak, mulai dari regulator, akademisi, pelaku industri, hingga organisasi masyarakat seperti MUI, DSN, Muhammadiyah, dan NU.
Baca Juga: Indonesia Pertahankan Peringkat 3 dalam Ekonomi Syariah Global, Unggul di Bidang Ini
Destry juga mengingatkan bahwa persaingan global semakin ketat. Sejumlah negara non-Muslim, seperti Filipina dan Rusia, telah menyatakan ambisi menjadi pusat ekonomi syariah dan melibatkan langsung pimpinan negara dalam pengembangannya.
“Nilai-nilai universal dalam Islam, seperti inklusifitas, keberlanjutan, dan keadilan, sangat relevan bagi semua umat di dunia. Bahkan di program pensiun kami, 55% peserta termasuk non-Muslim, lebih memilih skema syariah karena dianggap lebih stabil,” ujarnya.
Baca Juga: BI dan Kemenkeu Bidik Indonesia Peringkat Pertama Keuangan Syariah di Dunia
Selanjutnya: KPK Geledah Kantor Ditjen PHU Kemenag Terkait Kasus Korupsi Kuota Haji 2024
Menarik Dibaca: Begini Cara Mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) Kata Kemenkes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News