Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah menggelontorkan dana triliunan rupiah untuk Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih menuai sorotan dari para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Model bisnis koperasi yang akan menyasar penjualan elpiji 3 kg hingga aneka kebutuhan masyarakat dinilai berpotensi menggerus bisnis UMKM yang telah lebih dulu eksis di perdesaan.
Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia (Akumindo) meminta pemerintah untuk mengembalikan orientasi Kopdes Merah Putih sesuai semangat awalnya, yakni membantu pemasaran produk-produk dari desa.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Akumindo, Edy Misero, menyatakan bahwa spirit awal kehadiran koperasi di desa adalah untuk menggerakkan ekonomi perdesaan dengan cara mempermudah produk lokal menjangkau pasar yang lebih luas.
"Kita mesti melihat secara jujur. Kehadirannya (Kopdes Merah Putih) bukan dalam rangka mendorong produk atau jasa dari perdesaan untuk dapat dipasarkan dengan mudah, tetapi justru mengisi kebutuhan dari perdesaan itu sendiri," ujar Edy kepada KONTAN, Selasa (16/9/2025).
Baca Juga: Kopdes Merah Putih Mulai Diberi Pinjaman, Ekonom Wanti-Wanti Hal Ini
Edy menjelaskan, masalah utama yang dihadapi UMKM di desa adalah kesulitan dalam rantai pasok (supply chain) untuk memasarkan produk mereka ke kota. Seharusnya, kata dia, Kopdes Merah Putih hadir untuk memotong rantai pasok tersebut, misalnya dengan menyediakan cold storage atau armada transportasi.
"Tujuannya adalah bagaimana produk-produk perdesaan bisa lebih mudah dipasarkan. Tapi yang terjadi sekarang, koperasi malah jadi supplier elpiji dan kebutuhan lain. Padahal kan sudah ada pelaku usaha kecil yang menangani itu," jelasnya.
Dia bilang, ketika Kopdes Merah Putih ikut masuk sebagai pemasok barang-barang yang selama ini sudah dijual oleh warung atau kios milik UMKM, persaingan usaha di level akar rumput dinilai tak terhindarkan.
Edy tidak menampik bahwa dampak langsung akan terasa, terutama jika Kopdes Merah Putih mampu menawarkan harga yang lebih kompetitif karena sokongan modal yang besar dari pemerintah.
"Kalau suplainya menjadi lebih murah, pasti akan berdampak. Misalnya produk A dijual oleh Koperasi Merah Putih seharga X Rupiah, padahal selama ini warung-warung di sana menjualnya X plus 5, ya pasti akan agak berkurang (omzetnya)," tutur Edy.
Baca Juga: Menteri Maman Sebut Hadirnya Kopdes Merah Putih Bisa Jadi Agregator Produk UMKM
Meski demikian, Edy berharap bahwa peran Kopdes Merah Putih sebagai pemasok kebutuhan desa ini hanyalah sebuah masa transisi atau batu loncatan awal. Ia menegaskan agar kegiatan tersebut tidak menjadi bisnis utama koperasi.
"Kembalikan dulu orientasinya untuk mendorong agar produk yang dihasilkan oleh desa bisa menjangkau pasar yang lebih luas," tegasnya.
Di sisi lain, Edy juga mengimbau para pelaku UMKM untuk tidak patah arang menghadapi potensi kompetitor baru ini. Menurutnya, kehadiran pesaing harus dihadapi dengan semangat untuk terus berusaha dan bersaing secara sehat.
"UMKM harus siap menerima bahwa ada kompetitor baru dan tidak boleh putus asa. Jangan karena ada saingan, kita berhenti berusaha. Keluarga dan anak-anak butuh sekolah, jadi kita harus bersaing secara sehat," tutupnya.
Selanjutnya: IHSG Diprediksi Menguat, Cek Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Besok Rabu (17/9)
Menarik Dibaca: Menurut Riset YouGov : Konsumen Belanja Online Tapi Paling Doyan Promo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News