Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
4. Harus menjangkau daerah 3T
Tan pun mempertanyakan janji pemerintah memberlakukan program MBG dengan target utama anak-anak di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal atau 3T.
"Kenyataannya, yang dapat itu daerah Jabodetabek atau pusat pemerintah di pulau-pulau lain luar Jawa," ungkapnya.
Tak hanya itu, Tan pun menilai MBG diadakan di sekolah-sekolah yang anaknya mampu mendapatkan makanan lebih sehat dari keluarganya.
Kenyataan ini membuat program Makan Bergizi Gratis menjadi kurang tepat sasaran dan terkesan terburu-buru dilaksanakan.
5. Meninjau sumber pendanaan MBG
Terkait biaya MBG, Tan juga menyoroti program tersebut memiliki sumber pendanaan yang cenderung simpang-siur.
Pemerintah sempat menyebut uang zakat dari masyarakat Indonesia akan dipakai sebagai biaya MBG. Padahal, dia menilai peruntukan zakat untuk MBG tidak sesuai tujuannya.
"Penerima MBG tidak semua Muslim dan tidak mampu. Uang zakat itu harus diberikan sebaik-baiknya ke orang tidak mampu," kata Tan.
Di samping itu, pemerintah sebenarnya telah menganggarkan uang yang sangat besar untuk melaksanakan MBG yang mencapai Rp 71 triliun dari APBN 2025.
Tonton: Prabowo Minta Maaf Banyak Anak yang Belum Terima Makan Bergizi Gratis
6. Sistem monitoring
Tan menambahkan, pemerintah mungkin membentuk SPPG sebagai mitra BGN dalam menyiapkan makanan gratis untuk mencegah korupsi. Padahal untuk mencegah korupsi, pemerintah memerlukan sistem monitoring dan evaluasi yang baik.
"Ketakutan adanya korupsi berarti menunjukkan pemerintah tidak memiliki sistem monitoring yang baik. Kalau ada evaluasi, pelaksanaan program ini bisa lebih baik," tandas Tan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahli Gizi Beri 6 PR untuk Program Makan Bergizi Gratis"
Selanjutnya: Menanti Efek Donald Trump, Analis Menyodorkan Sejumlah Rekomendasi Saham Hari Ini
Menarik Dibaca: Ada 4 Warna Khas Keberuntungan Imlek yang Bukan Cuma Merah dan Emas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News