Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
“Kebijakan yang pro pasti jawabannya bukan PPN naik, atau biaya pendidikan yang naik. Ini karena PPN paling signifikan dampaknya ke kelas menengah. Implikasinya besar melalui kebijakan pemerintah yang langsung menghantam daya beli,” ungkapnya.
Ketiga, pemerintah perlu mewaspadai kondisi defisit neraca transaksi berjalan yang terus melebar. Sebab, jika defisit neraca transaksi berjalan ini terus melebar, akan membuat tingkat suku bunga tahun depan terdorong naik.
“Jadi perlu waspada, karena keseluruhan strategi kebijakan sepertinya mendorong bunga tinggi, sepertinya sektor rill tidak akan mendapatkan pendanaan lagi,” kata Eko.
Baca Juga: Bank Dunia Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 5%
Keempat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terjebak di 5% lantaran masalah biaya investasi atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang masih tinggi. Kondisi ICOR yang tinggi membuat investor berpikir ulang saat akan berinvestasi dalam negeri.
Di samping itu, problem lain dalam investasi seperti hambatan logistik, korupsi, dan biaya produksi mahal juga harus diperbaiki.
Eko mengatakan, satu-satunya cara agar Indonesia keluar dari jebakan pertumbuhan ekonomi 5% adalah dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
Baca Juga: Kemenkeu Targetkan Inflasi di Kisaran 1,5%-3,5% dari Tahun 2025 hingga 2027
“Hampir di semua negara maju, yang tadinya nggak maju jadi maju karena SDM. Seperti korea Selatan, Jepang dan China semuanya investasi ke SDM,” jelasnya.
Sehingga, dengan SDM yang unggul maka masyarakat bisa lebih produktif dan mengembangkan kemampuan berwirausaha, dan penghasilan yang didapat pun akan lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News