CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.952   -55,00   -0,35%
  • IDX 7.219   4,46   0,06%
  • KOMPAS100 1.104   1,73   0,16%
  • LQ45 878   2,09   0,24%
  • ISSI 218   0,18   0,08%
  • IDX30 449   1,01   0,23%
  • IDXHIDIV20 542   2,07   0,38%
  • IDX80 127   0,23   0,18%
  • IDXV30 136   0,49   0,36%
  • IDXQ30 150   0,41   0,28%

Potensi Nilai Tambah Ekonomi Biru Indonesia Capai US$ 30 Triliun pada Tahun 2030


Senin, 18 Desember 2023 / 15:17 WIB
Potensi Nilai Tambah Ekonomi Biru Indonesia Capai US$ 30 Triliun pada Tahun 2030
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa?saat Indonesia Development Forum 2023 di Batam (18/12/2023).


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BATAM. Ekonomi biru dinilai memiliki prospek yang cerah untuk masa depan Indonesia.  Menteri Perencanaan Permbangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa menyampaikan, proyeksi nilai tambah ekonomi berbasis perairan ini akan mencapai US$ 30 triliun pada 2030. 

"Sebagian besar ini didorong oleh kegiatan perekonomian yang kita saksikan hari ini yaitu pelabuhan dan pengolahan ikan, belum lagi kalau kita berbicara seperti harta yang terpendam misalnya soal energi," kata Suharso dalam Indonesia Development Forum 2023 di Batam, Senin (18/12). 

Selain itu, potensi ini juga didorong karena wilayah perairan Indonesia memiliki posisi strategis menjadi penghubung lalu lintas perairan internasional melalui tiga jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). 

Kemudian, wilayah laut Indonesia juga memiliki potensi ekonomi biru yang besar karena kekayaan Laut Natuna, Selat Malaka, Teluk Cendrawasih, Selat Capalulu, dan sejumlah lokasi lain.  

Baca Juga: Hadapi Perubahan Iklim, Jokowi Singgung Pentingnya Dukungan Pendanaan Inovatif

Kekayaan Laut Natuna misalnya, potensi ikan disana mencapai 504 ribu ton per tahun, kandungan volume gas di tempat (IGIP) sebanyak 222 triliun kaki kubik, serta cadangannya sebesar 46 triliun kaki kubik dan diperkirakan menjadi rute utama bagi 1/3 pelayaran dunia. 

"Kita tentu bukan hanya punya Laut Natuna, kita punya Selat Malaka, Teluk Candrawasih dan Selat Capalulu yang punya potensi besar juga," jelas Suharso. 

Menurut Suharso, jika potensi ini bisa dioptimalkan maka ekonomi biru dapat meningkatkan efektivitas dengan memberikan perlindungan habitat dan biodiversitas, menurunkan gas rumah kaca sampai 20%, menciptakan sekitar 12 juta lapangan kerja pada 2030 mendatang, hingga keuntungan investasi laut berkelanjutan yang mencapai US$ 15,5 triliun. 

Untuk mengatasi tantangan implementasi ekonomi biru di berbagai aspek, Kementerian PPN/Bappenas menyusun Indonesia Blue Economy Roadmap Edisi II untuk pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan dan inklusif.

Baca Juga: Sri Mulyani Beberkan 5 Provinsi dengan Pertumbuhan Pajak Daerah Tertinggi

Peta jalan ini memiliki empat pilar utama. Pertama, mengamankan laut yang sehat, tangguh, dan produktif. Kedua, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan secara lingkungan. Ketiga, meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kemakmuran bersama. Terakhir, menciptakan lingkungan yang mendukung secara keseluruhan.  

"Direncanakan dengan peta jalan ini kawasan konservasi meningkat menjadi 30% artinya luasnya menjadi 97,5 juta ha dan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 15%," tutup Suharso. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×