Reporter: Rashif Usman | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Indonesia diproyeksi masih tumbuh di tahun 2024. Sejumlah lembaga internasional seperti IMF, World Bank, ADB, OECD dan Fitch Ratings melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level sekitar 5% pada tahun 2024.
Chief Economist Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia) Helmi Arman juga memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi berkisar 5% di tahun ini. Hal ini didorong dari selesainya Pemilihan Umum (Pemilu) yang selesai lebih cepat dalam satu putaran. Di satu sisi, pemilu satu putaran juga menjadi stimulus berupa belanja kampanye yang berakhir lebih cepat dibandingkan dua putaran.
"Terlebih lagi, kalau kita lihat manifesto Presiden terpilih mengedepankan keberlanjutan berbagai kebijakan pemerintahan pak Jokowi. Ini membuka jalan untuk percepatan pemulihan stimulus investasi sektor swasta," kata Helmi dalam agenda konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/4) petang.
Baca Juga: Ini Peta Bisnis Perusahaan Timah di Bangka Belitung
Helmi memaparkan, sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi tahun ini berasal dari sektor manufaktur, terutama logam dasar. Dirinya menilai nilai tambah (added value) dari sektor tersebut selalu bertambah setiap tahunnya.
"Jadi kalau 2-3 tahun lalu Indonesia mengekspor nikel dalam bentuk stainless steel dan nikel pig iron, selama 1-2 tahun terakhir nilai tambahnya sudah mulai meningkat lagi ke logam yang kandungan nikelnya lebih tinggi seperti produk nikel sulfat dan nikel matte," ucapnya.
Selain manufaktur, lanjutnya, sektor energi intensif seperti pulp and paper juga bakal menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia. Pasalnya, sejak perang Rusia-Ukraina sejumlah industri kertas di Eropa banyak yang tutup sehingga kebutuhan akan produk tersebut mengharuskan impor dari berbagai negara termasuk Indonesia.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Diproyeksi Masih Kuat Tumbuh 5% di Tengah Ketidakpastian Global
"Sejak perang Rusia-Ukraina, ekspor RI untuk produk yang energi intensif seperti pulp and paper itu juga meningkat signifikan karena memang di Eropa kegiatan produksi sektor itu banyak yang tutup, sehingga banyak mereka cari supplier dari luar negeri salah satunya Indonesia," ujarnya.
Helmi mengungkapkan sektor konstruksi juga bakal tumbuh positif di tahun ini karena adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang semakin masif.
"Dengan turunnya ketidakpastian politik, sekto properti bisa lebih menggeliat. Jadi ini juga seharusnya bisa menopang sektor konstruksi," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News