Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah, menjauhi asumsi yang ada dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
Jika pelemahan rupiah terhadap dolar AS terus berlanjut, maka APBN akan terdampak. Setiap pelemahan nilai tukar rupiah akan menyumbang defisit APBN, karena belanja negara akan membengkak.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, melemahnya nilai tukar rupiah akan menambah penerimaan negara, tetapi juga sekaligus menambah alokasi belanja negara.
Baca Juga: Rupiah Anjlok Nyaris ke Rp 16.300, Kemenkeu Pastikan Utang Pemerintah Aman
Di satu sisi, penguatan dolar AS terhadap rupiah menyebabkan peningkatan beberapa komponen seperti pembayaran bunga utang, subsidi, dan kompensasi energi, serta dana bagi hasil (DBH) migas akibat perubahan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) migas.
“Namun demikian, deviasi indikator asumsi nilai tukar rupiah juga akan mempengaruhi sisi pendapatan sehingga dampak neto terhadap APBN cenderung minim,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (12/6).
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah di pasar spot tak mampu keluar dari tekanan pada perdagangan hari ini. Rabu (12/6), rupiah spot ditutup di level Rp 16.295 per dolar AS, jauh melebihi target dalam APBN 2023 sebesar Rp 15.000 per dolar AS.
Baca Juga: Cegah Crowding Out Effect, Kemenkeu Prioritaskan Penerbitan SBN Domestik
Berdasarkan anlisis sensitivitas APBN 2024 terhadap perubahan asumsi dasar ekonomi makro, setiap pelemahan nilai tukar rupiah sebesar Rp 100 per dolar AS, akan menambah belanja negara sebesar Rp 10,2 triliun, sementara pendapatan negara akan bertambah Rp 4 triliun.
Alhasil, ada tambahan defisit anggaran Rp 6,2 triliun dari pelemahan nilai tukar tersebut.
Skenarionya apabila nilai tukar rupiah melemah Rp 16.300 per dolar AS (jauh dari asumsi APBN 2024 Rp 15.000), maka belanja negara akan bertambah Rp 132,6 triliun, dan pendapatan negara akan bertambah Rp 52 triliun. Alhasil, ada tambahan defisit anggaran Rp 80,6 triliun dari pelemahan nilai tukar tersebut.
Baca Juga: Defisit APBN Berpotensi Melebar, Utang Luar Negeri Pemerintah Terancam Naik
Untuk diketahui, pelemahan kurs rupiah akan sangat mempengaruhi belanja khususnya belanja subsidi energi, terlebih jika pelemahan kurs dibarengi dengan naiknya harga minyak mentah. Selain itu terdapat juga penyesuaian pada pengadaan barang dan jasa pemerintah akibat selisih kurs.