Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan ekonomi China telah menjadi isu hangat akhir-akhir ini. Pembukaan kembali perekonomian China rupanya tak mendorong roda perekonomian untuk berputar lebih cepat.
Data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan internasional China nampak menurun pada bulan Juli 2023.
Bea Cukai Negeri Tirai Bambu tersebut mencatat, impor Tiongkok turun 12,4% dan ekspor pun tertekan 14,5% pada Juli 2023.
Baca Juga: Konsumsi Lesu! China Mengalami Deflasi Bulan Juli, Begini Reaksi Pasar Keuangan
Penurunan aktivitas perdagangan internasional ini bisa menjadi salah satu tanda bahwa pertumbuhan ekonomi China di kuartal III-2023 untuk melambat.
Apalagi ditambah aktivitas konstruksi, manufaktur dan jasa, juga aliran investasi asing langsung yang melemah.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, pelemahan ekonomi China akan berdampak pada aktivitas ekonomi Indonesia.
Mengingat, Indonesia dan China memilik hubungan ekonomi yang erat, baik itu dari sisi perdagangan maupun investasi.
Pada tahun lalu, porsi ekspor Indonesia ke China mencapai sekitar 22,6% dari total ekspor Indonesia. Sedangkan impor dari China mencapai 28,5% dari total impor Indonesia.
Baca Juga: Penjualan CPO Lesu, Intip Rekomendasi Saham AALI Berikut Ini
Sedangkan dari sisi investasi, China menjadi investor asing terbesar di Indonesia, setelah Singapura.
Nah, David mengatakan bahwa dampak melemahnya perekonomian China ini sudah dirasakan Indonesia pada kuartal II-2023.
"Dampaknya sudah dirasakan oleh Indonesia. Makanya kinerja ekspor menurun pada kuartal II-2023," jelas David kepada Kontan.co.id, Kamis (10/8).
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor Indonesia periode April 2023 hingga Juni 2023 memang turun 2,75% secara tahunan atau year on year (yoy).
Meski memang dampak sudah terasa, David mengungkapkan ekonomi China tak akan terpuruk selamanya. Masih ada harapan ekonomi negara Panda tersebut akan menggeliat.
Harapan tersebut datang dari proyek yang tengah dikembangkan China, seperti One Belt, One Road.
Selain itu, China juga ingin bersaing dengan Amerika Serikat (AS) terkait perkembangan teknologi.
Baca Juga: Proyeksi IHSG Untuk Perdagangan Senin (7/8)
Dalam mengembangkan teknologi ini, pasti China tetap membutuhkan bahan baku, seperti semi konduktor, nikel, bauksit, juga batubara untuk energi pembangkit listrik.
"Yang ini tentu saja akan menguntungkan Indonesia. Karena China akan mengimpor barang-barang tersebut ke Indonesia," tandas David.
Lebih lanjut, David memperkirakan pada tahun 2023 ekonomi Indonesia tetap tumbuh di kisaran 5,2% yoy.
Ada kemungkinan ekonomi tumbuh lebih tinggi pada tahun 2024, yaitu menjadi 5,25% yoy.
Meski memang ada gejolak global dan berbagai peristiwa dunia, David yakin pertumbuhan tahun depan akan ditopang oleh permintaan dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News