kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.945.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.266   -21,00   -0,13%
  • IDX 7.594   60,57   0,80%
  • KOMPAS100 1.081   11,31   1,06%
  • LQ45 799   6,16   0,78%
  • ISSI 254   -0,14   -0,06%
  • IDX30 413   4,18   1,02%
  • IDXHIDIV20 471   4,61   0,99%
  • IDX80 120   0,79   0,66%
  • IDXV30 125   1,43   1,16%
  • IDXQ30 132   1,30   0,99%

Kesepakatan Tarif Resiprokal Indonesia-AS Dinilai Berisiko Tekan Ekonomi Nasional


Senin, 11 Agustus 2025 / 11:00 WIB
Kesepakatan Tarif Resiprokal Indonesia-AS Dinilai Berisiko Tekan Ekonomi Nasional
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (16/7/2025). Kesepakatan tarif resiprokal Indonesia dan AS yang diumumkan pada 22 Juli 2025 memicu kekhawatiran terhadap potensi dampak negatif.


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kesepakatan tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang diumumkan pada 22 Juli 2025 memicu kekhawatiran terhadap potensi dampak negatif bagi perekonomian Indonesia.

Meski pemerintah menyatakan berhasil memperoleh tarif terendah di ASEAN, analisis menunjukkan perjanjian ini berpotensi menekan ekspor, menurunkan kesejahteraan nasional, dan melemahkan sektor industri domestik.

Berdasarkan kesepakatan, AS setuju menurunkan tarif resiprokal untuk Indonesia dari 32% menjadi 19%. Sebagai gantinya, Indonesia wajib mencabut 99% tarif atas produk dari AS.

Baca Juga: Negosiasi Tarif Trump, Indonesia-AS Sepakat Bentuk Working Group di 5 Sektor Khusus

Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai detail kesepakatan yang dirilis Gedung Putih menunjukkan biaya negosiasi yang sangat tinggi bagi Indonesia.

"Kerugian muncul dalam tiga aspek utama. Pertama, ekspor Indonesia ke AS diperkirakan berkurang hingga US$ 9,23 miliar. Kedua, kewajiban menghapus berbagai hambatan non-tarif yang berpotensi melemahkan industri manufaktur domestik. Ketiga, ketimpangan komitmen yang berpotensi merugikan pelaku industri lokal," tulis tim CORE dalam keterangan resmi, Senin (11/8).

CORE memperkirakan penerapan tarif resiprokal ini dapat menurunkan kesejahteraan nasional sebesar US$ 3,16 miliar. 

Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh berkurangnya penyerapan ekspor Indonesia di pasar AS, yang mengurangi surplus produsen, khususnya pada produk-produk utama yang diekspor ke negara tersebut.

Baca Juga: Negosiasi Tarif Resiprokal, Indonesia – AS Teken MoU Peningkatan Impor 7 Juli 2025

Selain itu, kesepakatan ini diproyeksikan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi hanya 4,77%. Melemahnya aktivitas ekonomi juga dinilai berpotensi menurunkan daya beli masyarakat.

"Hal ini sekaligus meningkatkan risiko pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama di sektor padat karya yang bergantung pada pasar ekspor AS," jelas tim CORE.

Dengan kondisi tersebut, tantangan bagi Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi dinilai semakin besar. 

Selanjutnya: Desa Wisata Pentingsari di Lereng Merapi Tak Sekadar Menawarkan Pesona Alam

Menarik Dibaca: Desa Wisata Pentingsari di Lereng Merapi Tak Sekadar Menawarkan Pesona Alam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×