kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Kebijakan pemerintah tekan CAD baru berdampak di tahun depan


Rabu, 10 Oktober 2018 / 21:14 WIB
Ekonom: Kebijakan pemerintah tekan CAD baru berdampak di tahun depan
ILUSTRASI. Pengendalian Impor


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Project Consultant Asian Development Bank Institute Eric Sugandi memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di tahun ini berkisar 2,3% hingga 2,5% dari nominal Produk Domestik Bruto (PDB).

Perkiraan ini lebih kecil dibandingkan proyeksi Bank Indonesia yang memproyeksi CAD sebesar 2,9% dari total PDB. Namun, angka ini lebih tinggi dari CAD tahun lalu yang sebesar 1,7% dari nominal PDB.

Eric memproyeksi, CAD di triwulan III 2018 sebesar 2,8% dari nominal GDP. CAD di triwulan III ini terutama disebabkan oleh defisit di neraca dagang dan neraca jas.

Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan kenaikan impor minyak dan produk turunannya di mana berpengaruh pada defisit neraca dagang, dan kenaikan biaya shipping yang berpengaruh pada neraca jasa.

Pemerintah pun terus berupaya untuk menekan defisit transaksi berjalan ini. Berbagai kebijakan tersebut seperti melakukan Program perluasan B20 untuk non-subsidi sebagai upaya mengurangi penggunaan minyak mentah, menaikkan PPh impor barang mewah dan beberapa kebijakan lain

Namun, Eric menilai, dampak dari berbagai kebijakan pemerintah baru akan berdampak di tahun mendatang. Kebijakan perluasan B20 misalnya. Menurutnya, dampak dari perluasan ini belum akan terlihat di tahun ini."Butuh waktu," kata Eric kepada Kontan.co.id, Selasa (10/10).

Sementara itu, kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) impor untuk 1.147 komoditas pun dianggap bisa berdampak pada penurunan impor dan CAD. Namun, pengaruhnya tak besar.

"Dari awal tahun ini sampai dengan Agustus 2018, nilai impor dari 1.147 barang ini nilainya sekitar US$ 5 miliar, atau hanya sekitar 4%-5% dibandingkan total impor Indonesia pada periode yang sama," jelas Eric.

Menurut Eric, supaya defisit neraca dagang bisa menurun lebih cepat, opsi yang bisa dilakukan adalah menaikkan harga BBM atau membatasi impor BBM. Namun, konsekuensinya, ini akan berpengaruh ke inflasi yang naik dan ada biaya sosial politik.

"Untuk neraca jasa, pemerintah harus dorong agar eksportir dan importir lebih banyak menggunakan jasa perkapalan nasional dan asuransi nasional, misal dengan memberi subsidi atau insentif pajak bagi industri pelayaran nasional," tambah Eric.

Sementara itu, Eric memperkirakan adanya kemungkinan penurunan CAD di triwulan IV 2018 disebabkan Pertamina yang mulai naikkan lagi harga BBM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×