kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.608.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.184   96,00   0,59%
  • IDX 7.216   -16,49   -0,23%
  • KOMPAS100 1.066   1,18   0,11%
  • LQ45 842   -1,96   -0,23%
  • ISSI 215   0,77   0,36%
  • IDX30 433   -1,07   -0,25%
  • IDXHIDIV20 518   -0,36   -0,07%
  • IDX80 122   0,04   0,04%
  • IDXV30 124   0,15   0,12%
  • IDXQ30 142   -0,18   -0,12%

Corona varian delta masih ancam pemulihan ekonomi Indonesia


Senin, 09 Agustus 2021 / 18:51 WIB
Corona varian delta masih ancam pemulihan ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (22/7/2021). Pemerintah mengklaim lonjakan kasus sejalan dengan penyebaran varian delta.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus pandemi virus corona masih tinggi. Pemerintah mengklaim lonjakan kasus sejalan dengan penyebaran varian delta. Sehingga memaksa pemerintah untuk mengeluarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak awal Juli hingga saat ini.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan dampak varian asal India tersebut tentunya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi di periode kedua tahun ini, terutama terhadap konsumsi rumah tangga dan ekspor. 

Sri Mulyani menyampaikan, konsumsi rumah tangga  akan berimbas selama pengetatan PPKM akibat varian delta. Terutama bagi masyarakat ekonomi kelas menengah-atas yang konsumsinya akan tergantung dari pengendalian pandemi.

Dari sisi perdagangan, Menkeu mengatakan  bahwa Indonesia perlu mewaspadai kembali meluasnya penyebaran varian delta di negara mitra dagang RI. Hal ini dikhawatirkan akan kembali mengganggu kinerja ekspor Indonesia karena mempengaruhi sisi demand dan suplai dari negara mitra dagang Indonesia. 

Baca Juga: Ekonom: Penurunan bunga penjaminan LPS minim pengaruhnya ke konsumsi nasabah tajir

“China di Wuhan juga sudah melakukan pembatasan aktivitas, Amerika Serikat (AS) alami kenaikan kasus (covid-19 ), Korea Selatan pun sama. Jadi ini harus tetap kita waspadai  covid-19 varian delta yang akan mempengaruhi sisi demand melalui konsumsi dan ekspor,”tuturnya dalam Konferensi Pers, Jumat (6/8).

Dikhawatirkan lonjakan kasus Covid-19 akan mengganjal pengiriman barang-barang Indonesia ke luar negeri. Sebab, kinerja ekspor pada kuartal II-2021 sudha tercatat moncer yakni tumbuh 31,78% secara year on year (yoy). 

Perbaikan kinerja ekspor tersebut didukung oleh pemulihan ekonomi global sehingga meningkatkan sisi permintaan dari negara mitra dagang terutama untuk produk unggulan Indonesia. 

"Ekspor kita juga luar biasa tinggi dan terlihat karena ekonomi global yang mulai pulih. Dan kita lihat komoditas dari sisi jumlahnya meningkat baik itu ke negara-negara seperti China, AS, yang semuanya menunjukkan pemulihan ekonomi cukup tinggi dan ini menyebabkan kinerja ekspor kita mengalami kenaikan baik dari sisi volume dan harga-harga komoditas," ungkap Sri. 

Baca Juga: Menkeu dan Menteri Investasi teken nota kesepahaman untuk optimalkan investasi

Adapun India merupakan salah satu mitra dagang utama terbesar keenam di Indonesia dengan pangsa ekspor 5,5%, namun akibat lonjakan covid-19 dan adanya pengetatan di negara tersebut maka mempengaruhi sisi permintaan dari negara tersebut. 

"Kita perlu diwaspadai dengan adanya virus delta yang sekarang juga menjalar ke seluruh dunia, yang kemudian menyebabkan ekonomi mengalami penurunan. Mungkin paling dramatis India, kemudian ekonominya juga mengalami dampak terlalu dalam. Jadi kita juga tidak boleh lengah," ungkapnya.

Kendati demikian, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan mengoptimalkan belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 termasuk merealisasikan sisa anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di kuartal III-IV tahun ini.

Oleh karena itu, pemerintah tetap memberikan berbagai insentif dunia usaha tetap diteruskan seperti kebijakan listrik, insentif abonemen minimal, dan insentif perpajakan yang diperpanjang sampai akhir tahun sehingga memberikan cash flow bagi sektor usaha.

Tak hanya itu, insentif yang langsung dinikmati oleh pengusaha seperti insentif di bidang perpajakan termasuk pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dinilai mampu memantik permintaan dan meningkatkan ketahanan sektor usaha.

Selain itu, pemerintah juga memberikan jaminan modal kerja diharapkan bisa  didorong terus meningkatkan kredit perbankan dan  penyehatan sektor-sektor korporasi. “Kita memberikan jaminan kredit modal kerja ini diharapkan memantik dan akan mengakselerasi pemulihan dan penyehatan sektor-sektor korporasi,” ucap Menkeu.

Baca Juga: Limit kartu kredit pemerintah untuk pembayaran belanja kini naik jadi Rp 200 juta

Untuk itu, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2021 akan bertengger di kisaran 3,7% sampai dengan 4,5% secara tahunan.

Ekonom Makrokonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengatakan dampak varian delta memang tidak bisa dihindari. Dari sisi konsumsi, Riefky menyarankan agar pemerintah memerhatian kualitas vaksin Covid-19.

Menurutnya, efikasi vaksin akan menentukan pengendalian virus corona yang terus bermutasi. Riefky mencontohkan di Inggris meski kasus harian per hari lebih tinggi dari Indonesia, tapi tingkat kematiannya rendah.

Karenanya Inggris menggunakan vaksin yang memiliki efikasi lebih dari 80%, sementara Indonesia mayoritas program vaksinasi dengan vaksin sinovac yang efikasinya di level 60%. Inilah yang membuat geliat aktivitas konsumsi di Inggris, namun tetap aman.

Sementara itu, dari sisi perdagangan, Riefky mengatakan neraca perdagangan tentunya akan terpengaruh. Tidak menuntut kemungkinan defisit perdagangan akan terjadi di periode kedua tahun ini. Meski demikian ia menilai selisih impor terhadap ekspor ke depan masih tipis.

"Untuk ekspor kita akan tergantung dari mitra dagang yang sebenarnya lebih hanya dengan intra ASEAN, ketimbang luar Asean. Masalahnya varian delta juga menyebar di Vietnam, Thailand, dan Malaysia," kata Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (9/8).

Proyeksi Riefky pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2021 sebesar 2%-3% yoy dengan asumsi 1/3 konsumsi rumah tangga akan tumbuh melambat karena PPKM telah berlangsung hampir satu setengah bulan di kuartal III 2021. 

Sedangkan di akhir 2021 pertumbuhan ekonomi diproyeksikan Riefky berada di kisaran 3%-4% yoy. Catatanya pada periode kuartal IV-2021 pengendalian pandemi sudah bisa diatasi dan mobilitas masyarakat meningkat.

"Karena kontribusi kuartal II-2021 yang tumbuh besar hingga 7,07% juga. Memang cara yang paling tepat saat ini yakni menekan kasus Covid-19, kemudian membuka secara perlahan kegiatan masyarakat. Jangan ada syarat-syarat vaksinasi dalam melakukan aktivitas masyarakat, karena implementasi di lapangan akan sulit," ujar Riefky.

Selanjutnya: Soal ekonomi Pulau Jawa yang masih mendominasi, ini kata ekonom Bank Mandiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×