kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.934.000   -11.000   -0,57%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

CORE: Potensi FDI Besar, tapi Investor Ragu karena Infrastruktur dan Kebijakan


Jumat, 25 Juli 2025 / 06:35 WIB
CORE: Potensi FDI Besar, tapi Investor Ragu karena Infrastruktur dan Kebijakan
ILUSTRASI. Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal (kanan) saat Refleksi Ekonomi Akhir Tahun 2021, Rabu (29/12) di Jakarta.


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia menghadapi tantangan yang cukup signifikan dalam menarik investasi asing langsung (FDI), meski memiliki potensi besar di sejumlah sektor prioritas seperti hilirisasi mineral dan perumahan.

Pandangan investor terhadap efisiensi kebijakan pemerintah dan keterbatasan infrastruktur masih menjadi penghambat utama.

Baca Juga: Data FDI Indonesia 2024 UNCTAD dan BKPM Beda Rp 537 Triliun, Apa Penyebabnya?

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menuturkan bahwa meskipun Indonesia menyimpan banyak potensi, hambatan struktural tetap membayangi upaya peningkatan arus FDI.

“Persepsi investor terhadap efisiensi kebijakan pemerintah serta infrastruktur yang kurang memadai menjadi hambatan utama,” ujar Faisal dalam acara CORE Midyear yang dikutip Kontan.co.id, Kamis (24/7/2025).

Menurutnya, untuk meningkatkan daya tarik investasi, pemerintah perlu melakukan pembenahan kebijakan serta percepatan pembangunan infrastruktur.

Faisal menekankan bahwa sektor hilirisasi mineral dan perumahan masih memiliki peluang besar untuk menarik investor.

“Sektor-sektor ini bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik,” ujarnya.

Baca Juga: Perbedaan Data FDI Indonesia 2024, Versi UNCTAD Jauh Lebih Rendah dari BKPM

Namun demikian, tanpa adanya perbaikan menyeluruh terhadap kebijakan dan infrastruktur, potensi tersebut bisa tidak termanfaatkan secara maksimal.

Faisal juga menyoroti bahwa ketidakpastian kebijakan menjadi faktor pengurang minat investor untuk menanamkan modal di Indonesia.

“Ketidakpastian ini membuat investor ragu untuk berinvestasi di Indonesia,” tegasnya.

Oleh karena itu, stabilitas kebijakan serta transparansi dalam proses investasi dinilai sangat penting untuk menarik arus FDI yang lebih besar.

Lebih lanjut, Faisal menyebutkan bahwa Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara yang juga berlomba menarik investasi asing.

Baca Juga: Indonesia's FDI at $55.3 Billion in 2024

“Negara-negara tetangga juga berusaha menarik investasi dengan menawarkan insentif yang menarik,” ungkap Faisal.

Dengan demikian, Indonesia perlu menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif agar tidak tertinggal dalam kompetisi regional.

Selanjutnya: Grup Djarum Lewat Dwimuria Ambil 91% Rights Issue TOWR, Porsi Masyarakat Tergerus

Menarik Dibaca: Berikut Deretan Rekomendasi Saham BRI Danareksa Sekuritas untuk Hari Ini (25/7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×