kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.340   0,00   0,00%
  • IDX 6.788   -6,83   -0,10%
  • KOMPAS100 1.009   -1,54   -0,15%
  • LQ45 781   -2,24   -0,29%
  • ISSI 211   0,76   0,36%
  • IDX30 405   -1,54   -0,38%
  • IDXHIDIV20 488   -3,62   -0,74%
  • IDX80 114   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 120   -0,76   -0,63%
  • IDXQ30 133   -0,78   -0,59%

BI Sebut Ketidakpastian Global Tetap Tinggi, RI Perlu Mitigasi Kuat Agar Selamat


Rabu, 19 Februari 2025 / 15:33 WIB
BI Sebut Ketidakpastian Global Tetap Tinggi, RI Perlu Mitigasi Kuat Agar Selamat
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2025 di Jakarta, Jumat (24/1/2025).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, divergensi ekonomi dunia masih berlanjut dengan ketidakpastian global yang tetap tinggi. Hal ini juga dikhawatirkan merambat ke perekonomian domestik.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ketidakpastian global yang tetap tinggi terus memerlukan respons kebijakan yang kuat, sehingga dapat memitigasi dampak rambatannya untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

Ia mencatat, ekonomi Eropa, China, dan Jepang masih lemah dipengaruhi permintaan domestik yang belum kuat serta kinerja eksternal yang menurun sejalan dengan perekonomian global yang melambat dan dampak dari implementasi kenaikan tarif impor oleh AS.

Baca Juga: BI: Rupiah Terkendali dan Cenderung Menguat Meski Pasar Keuangan Global Bergejolak

“Ekspansi ekonomi India juga tertahan akibat proses konsolidasi fiskal dan investasi yang belum kuat. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia 2025 diperkirakan sebesar 3,2%,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (19/2).

Sementara itu, perekonomian Amerika Serikat (AS) diperkirakan tetap kuat ditopang oleh konsumsi rumah tangga seiring upah dan produktivitas yang tinggi serta perbaikan investasi.

Di sisi lain, ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi dipengaruhi kebijakan tarif impor AS yang lebih cepat dan luas dari prakiraan serta arah kebijakan bank sentral AS.

Perry menambahkan, pertumbuhan ekonomi dan inflasi AS yang tinggi berdampak pada ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih terbatas.

Baca Juga: Arah Pasar Saham Jika Suku Bunga BI Tetap Dipertahankan

Kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif mendorong yield US Treasury tetap tinggi, meskipun sedikit menurun akibat meningkatnya permintaan investor global terhadap US Treasury.

Perkembangan tersebut, lanjutnya, akan menyebabkan besarnya preferensi investor global untuk menempatkan portofolionya ke AS. Indeks mata uang dolar AS masih tinggi dan menekan berbagai mata uang dunia.

Selanjutnya: Masyarakat Lebih Selektif Berbelanja Jelang Ramadan 2025, Ini Temuan dari Populix

Menarik Dibaca: Harga Emas Kembali Dekati Rekor, Terpicu Geopolitik Ukraina dan Tarif Baru Trump

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×