kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   50,00   0,31%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

BI Prediksi Ekonomi RI Terus Tumbuh, Namun Tantangan Global Tetap Menghantui


Rabu, 22 Januari 2025 / 14:08 WIB
BI Prediksi Ekonomi RI Terus Tumbuh, Namun Tantangan Global Tetap Menghantui
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat hingga 2030 mendatang.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat hingga 2030 mendatang. Meski begitu tantangan perekonomian global tetap perlu diwaspadai.

Deputi Gubernur BI Aida S Budiman menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan akan terus tumbuh. Prediksi BI dalam dua tahun ke depan, yakni pada 2025 akan mencapai 4,7%-5,5% meski turun dari proyeksi sebelumnya. Namun pada 2026 meningkat menjadi kisaran 4,8%-5,5%.

“Ke depannya pertumbuhan ekonomi kita akan tumbuh terus, sumbernya dari konsumsi, investasi, dan bagaimana kinerja ekspor. Bahkan dalam jangka menengah, positifnya ada menunjukan tren peningkatan,” tutur Aida dalam peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2024, Rabu (22/1).

Meski begitu, Aida mengungkapkan kewaspadaan perlu dilakukan mengingat kondisi global masih tidak pasti. Namun kuncinya adalah sinergi agar terjadi transformasi ekonomi nasional.

Baca Juga: Lampu Kuning, BI Prediksi Ekonomi RI di 2025 Akan Tumbuh Lebih Rendah dari Perkiraan

Aida mencatat, setidaknya ada 5 tantangan perekonomian global yang perlu diwaspadai. Diantaranya, pertama, risiko geopolitik tinggi dan fragmentasi perdagangan. Ia menyebut, arah kebijakan pemerintahan AS akan sangat menentukan perekonomian global.

Menghadapi gejolak tersebut, resep yang bisa dilakukan adalah dengan bersinergi memperkuat stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

“Kita harus menjaga stabilitas, namun dengan meningkatkan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kita harus luar biasa dengan meningkatkan produktivitas,” ungkapnya.

Aida menjelaskan, untuk meningkatkan produktivitas tersebut dengan menyeimbangkan sektor padat modal dan sektor yang padat tenaga kerja. Artinya meskipun menginginkan adanya kemajuan dalam sektor industri, namun harus tetap melibatkan tenaga kerja yang melimpah.

Kedua,  pergeseran pusat dan sumber pertumbuhan. Hal yang harus dilakukan adalah dengan sinergi mendorong pertumbuhan domestik dengan mengandalkan konsumsi dan investasi.

Keempat, risiko tingginya suku bunga dan risiko utang pemerintah. Aida menjelaskan, perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih kuat dari prakiraan didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas.

Tingginya pertumbuhan ekonomi AS tersebut didorong oleh biaya fiskal yang cukup tinggi. Sehingga risiko utang pemerintah AS meningkat, kemudian mendorong suku bunga kebijakan di negara maju meningkat.

Baca Juga: BI Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,6% pada 2025, Ini Pemicunya

Kelima, risiko ketidakpastian keuangan dan pola investasi. Keempat, akselerasi digitalisasi jasa dan sistem pembayaran.

Menghadapi permasalahan tersebut, Aida  membeberkan, sinergi meningkatkan produktivitas dan kapasitas ekonomi nasional perlu dilakukan. Selain itu, sinergi pendalaman pasar keuangan pembiayaan ekonomi, serta sinergi digitalisasi sistem pembayaran dan sektor jasa.

Selanjutnya: Kapasitas Berutang Menyusut, Prabowo Hadapi Tantangan Fiskal Cukup Berat

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Kebutuhan Dapur 16-31 Januari 2025, Sambal Terasi Sasa Beli 1 Gratis 1

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×