kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.307   -69,00   -0,42%
  • IDX 7.509   5,22   0,07%
  • KOMPAS100 1.066   10,02   0,95%
  • LQ45 798   8,78   1,11%
  • ISSI 255   0,23   0,09%
  • IDX30 412   0,30   0,07%
  • IDXHIDIV20 471   1,73   0,37%
  • IDX80 120   1,32   1,11%
  • IDXV30 124   1,45   1,18%
  • IDXQ30 132   0,40   0,30%

Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,12% Diragukan, Istana Klaim Data Diberikan Secara Jujur


Kamis, 07 Agustus 2025 / 13:54 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,12% Diragukan, Istana Klaim Data Diberikan Secara Jujur
ILUSTRASI. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi. Keraguan terhadap angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) terus bergulir, istana buka suara.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keraguan terhadap angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) terus bergulir. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2025 sebesar 5,12 persen mendapat sorotan dari berbagai pihak. 

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenanan atau Presidential Communaction Officer (PCO) Hasan Nasbi menegaskan bahwa data yang dilaporkan oleh BPS merupakan data yang valid dan diperhitungkan dengan benar. 

Hasan juga mengatakan bahwa data itu dipublikasikan secara jujur, dimana ketika pertumbuhan ekonomi berjalan ke angka positif akan disampaikan secara positif, maupun sebaliknya. 

"Pemerintah itu jujur-jujur saja loh mengeluarkan data. Kalau turun dibilang turun, kalau naik dibilang naik," ujarnya di Jakarta, Kamis (7/8). 

Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Dana Abadi Pendidikan 2026 Bisa Tembus Rp 175 Triliun

Dia mencontohkan kondisi pada kuartal IV-2024 diawal Presiden Prabowo Subianto menjabat. 

Kala itu, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi hanya 5,02%, selanjutnya pada kuartal I-205 pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,87%. 

"Turun kan? penurunan itu dikeluarkan oleh pemerintahan yang sama oleh BPS di bawah pemerintahan yang sama. Kalau turun kita bilang turun," ungkapnya. 

Hasan mengatakan saat ini banyak orang yang terpaku pada konsumsi dan pengeluaran pemerintah. Namun lupa dengan capaian investasi yang masuk di tanah air. 

Dia mengatakan bahwa realisasi investasi mencapai Rp 942,9 triliun atau hampir mencapai 50% dari target yang ditetapkan di tahun ini sebesar Rp 1.900 triliun. Dan capaian investasi ini telah membuka sebanyak 1.259.868  lapangan kerja. 

Di sisi lain, di sektor lapangan usaha industri manufaktur juga tumbuh mencapai 5,6%. 

"Penjelasannya kira-kira seperti itu. Dan payungnya yang perlu dipahami bahwa pemerintah kita, BPS kita kalau turun bilang turun kalau naik kita bilang naik," katanya. 

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda mengaku tidak percaya dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2025. 

Baca Juga: Ekspor dan Industri Pengolahan Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025

Berdasarkan laporan BPS, Selasa (5/8/2025), ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 terhadap triwulan I 2025 mengalami pertumbuhan sebesar 4,04% (q-to-q). 

Menurut Nailul, terdapat tiga hal yang janggal di balik laporan BPS soal pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2025. 

Nailul menyampaikan, pertumbuhan ekonomi triwulan II yang lebih tinggi dibandingkan triwulan yang terdapat momen Ramadhan dan Lebaran terasa janggal. 

Hal tersebut berbeda dengan tahun sebelumnya ketika pertumbuhan ekonomi secara triwulan yang lebih tinggi bertepatan dengan momen Ramadhan dan Lebaran. 

"Triwulan I 2025 saja hanya tumbuh 4,87%. Jadi, cukup janggal ketika pertumbuhan triwulan II mencapai 5,12%,” kata Nailul. 

Nailul juga menyoroti pertumbuhan industri pengolahan yang mencapai 5,68%. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2025 sebesar 4,55%. 

Menurut Nailul, pertumbuhan industri pengolahan yang lebih tinggi dari triwulan I tidak sejalan dengan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di bawah 50 poin pada April-Juni 2025. 

“Artinya perusahaan tidak melakukan ekspansi (tambahan produksi) secara signifikan,” katanya. 

"Selain itu, kondisi industri manufaktur juga tengah memburuk dengan salah satu leading indikatornya adalah jumlah PHK yang meningkat 32 persen (YoY) selama periode Januari-Juni,” tambah Nailul. 

Selain itu, Nailul menjelaskan juga, konsumsi rumah tangga (RT) hanya tumbuh 4,97% berdasarkan laporan BPS. Dengan sumbangan mencapai 50% dari PDB, hal tersebut tampak janggal karena pertumbuhan konsumsi RT triwulan I 2025 hanya 4,95% tapi pertumbuhan ekonomi berada di angka 4,87%. 

"Tidak ada momen yang membuat peningkatan konsumsi rumah tangga meningkat tajam,” ungkap Nailul. 

Baca Juga: Bisnis Bullion Bank Meningkat, Pembelian Emas di BSI Naik 441% pada Kuartal II-2025

Selanjutnya: Mendag: Hybrid Omnichannel Jadi Solusi Hadapi Fenomena Rojali

Menarik Dibaca: Benarkah Minum Kopi di Pagi Hari Bisa Bikin Umur Panjang? Ini Kata Ahli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×