kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Tensi Dagang Mereda, PIER Prediksi Defisit Neraca Transaksi Berjalan Masih Melebar


Rabu, 14 Mei 2025 / 16:11 WIB
Tensi Dagang Mereda, PIER Prediksi Defisit Neraca Transaksi Berjalan Masih Melebar
ILUSTRASI. Pemaparan kinerja perekonomian oleh Permata Institute for Economic Research (PIER)


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permata Institute for Economic Research (PIER) memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan (CAD) Indonesia akan melebar dengan laju yang terkendali pada tahun 2025, masih di bawah 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Head of Macroeconomic and Financial Market Research, Bank Permata Faisal Rachman menyampaikan, deficit CAD yang melebar ini seiring dengan perkiraan proporsi pertumbuhan impor kedepannya yang lebih tinggi dibandingkan ekspor menyusul negosiasi perdagangan RI dengan Pemerintah AS.

"Ekspor Indonesia diproyeksikan turun 9,22% (month to month/mom) di April 25, Impor bulanan juga menurun 4,83%, meskipun tidak setajam ekspor," ungkap Faisal kepada Kontan, Rabu (14/5).

Baca Juga: Defisit Neraca Transaksi Berjalan Diperkirakan Melebar Tahun 2025 Ini

Meski begitu secara tahunan, ekspor dan impor masing-masing diramal masih tumbuh sebesar 7,60% yoy dan 6,57% yoy pada April 2025.

Meskipun saat ini sentimen perang dagang telah mereda setelah dimulainya gencatan senjata perdagangan antara AS dan Tiongkok. Hal ini seiring dengan Pemerintah AS dan China telah menyetujui penurunan tarif yang signifikan, masing-masing dari 145% menjadi 30% dan dari 125% menjadi 10%, untuk periode 90 hari yang dimulai pada 12 Mei hingga 25 Mei. 

Baca Juga: Defisit Neraca Transaksi Berjalan Diprediksi Melebar Menjadi 1,18% dari PDB di 2025

Menurut Faisal perkembangan ini menjadi katalis positif bagi prospek ekonomi global dan permintaan global. Meskipun ketegangan mereda, tekanan eksternal terhadap Indonesia masih berlanjut, karena tarif AS terhadap barang-barang Tiongkok, meskipun diturunkan menjadi 30%, tetap berada di atas level sebelum perang dagang 2.0

"Hal ini terus membebani pertumbuhan global, sehingga melemahkan kinerja ekspor Indonesia sampai batas tertentu, terutama di tengah harga komoditas," ungkap Faisal kepada Kontan, Rabu (14/5).

Baca Juga: Penuh Ketidakpastian, PIER Pangkas Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke 4,5%-5%

Selanjutnya: IHSG Melonjak 2,15% ke 6.979 pada Rabu (14/5), BBNI, BBRI, BBTN Top Gainers LQ45

Menarik Dibaca: Dividen Astra International (ASII) Rp 308 per saham, Potensi Yield Sekitar 6%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×