Reporter: Noverius Laoli | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Rasio utang Indonesia terus menurun. Selama masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) turun hampir separuh.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah mengungkapkan, rasio utang pemerintah terhadap PDB mengalami penurunan dari 56,6% pada 2004 menjadi 24,1 % pada 2012.
Firmanzah bilang, pemerintahan SBY lebih mengutamakan utang dalam negeri ketimbang hutang luar negeri. Maka selama periode pemerintahan SBY sampai tahun 2012 kemarin, pengelolaan utang dan fiskal terus menunjukkan penguata fundamental ekonomi nasional. "Hasilnya, rasio utang Indonesia terhadap PDB pada tahun 2004 sebesar 56,6% turun menjadi 24,1% pada akhir 2012," tutur Firmanzah.
Firmanzah menjelaskan, utang merupakan bagian dari kebijakan fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan bagian Kebijakan Pengelolaan Ekonomi secara keseluruhan. Defisit fiskal juga tetap dijaga di bawah 3% terhadap PDB dan itu masih aman bagi perekonomian nasional. Bahkan menurut guru besar fakultas ekonomi UI ini, kondisi tersebut membuat ekonomi Indonesia kebal dari krisis Subprime Mortagage dan krisis utang Eropa.
Sementara pada tahun 2013 ini, pemerintahan SBY mengambil kebijakan untuk menekan terus rasion utang terhadap PDB di bawah 23%. Dalam instruksi presiden ditegaskan bahwa pada tahun 2014 rasio utang terhadap PDB hanya berkisar 22%. Rasio utang ini lebih kecil bila dibandingkan dengan rasio utang/PDB di zona Euro yang rata-rata mencapai 90%.
Di sisi lain, lanjut Firmanzah, PDB Indonesia tumbuh positif pada kisaran 6% dan terus membesar dari Rp 2,294 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 8,241 triliun pada tahun 2012. Bahkan nilai PDB Indonesia pada tahun 2025 ditargetkan berkisar antara US$ 4,0 triliun hingga US$ 4,5 triliun. "Dengan demikian, pada saat itu, Indonesi amask dalam kelompok negara maju," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News