kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.978.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.488   0,00   0,00%
  • IDX 7.830   -121,60   -1,53%
  • KOMPAS100 1.089   -17,02   -1,54%
  • LQ45 797   -14,45   -1,78%
  • ISSI 265   -3,29   -1,23%
  • IDX30 413   -7,90   -1,88%
  • IDXHIDIV20 481   -7,60   -1,56%
  • IDX80 120   -2,17   -1,77%
  • IDXV30 129   -2,94   -2,22%
  • IDXQ30 134   -2,35   -1,73%

Proyeksi Inflasi Agustus 2025 Relatif Stabil, Tekanan Utama dari Pangan dan Energi


Senin, 01 September 2025 / 05:40 WIB
Proyeksi Inflasi Agustus 2025 Relatif Stabil, Tekanan Utama dari Pangan dan Energi
ILUSTRASI. Proyeksi inflasi bulan Agustus 2025 menunjukkan tren yang relatif stabil, dengan tekanan utama dari fluktuasi harga makanan dan harga energi. ANTARA FOTO/Andri Saputra/YU


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proyeksi inflasi bulan Agustus 2025 menunjukkan tren yang relatif stabil, dengan tekanan utama dari fluktuasi harga makanan dan penyesuaian harga energi, sementara beberapa risiko masih harus diwaspadai menjelang akhir tahun.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, memproyeksikan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Agustus 2025 akan berada di level sekitar 0,07% month to month (MtM), ini jauh lebih rendah dibandingkan 0,30% MtM yang tercatat di bulan Juli.

Sementara itu, inflasi tahunan diprediksi akan sedikit naik menjadi 2,47% year on year (YoY) dibandingkan 2,37% YoY di bulan sebelumnya.

Ia menjelaskan bahwa kenaikan tahunan ini terutama disebabkan oleh efek dasar karena bulan Agustus 2024, terjadi deflasi bulanan sebesar -0,07% MtM.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Prediksi Inflasi Tahunan Naik Menjadi 2,60% pada Agustus 2025

"Secara inti, tekanan tetap terjaga dengan dampak musiman pendidikan yang mulai mereda sehingga inti sekitar 2,28% YoY; akumulasi Januari–Agustus 2025 diperkirakan berkisar 1,76% YtD," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (31/8).

Josua menekankan bahwa kelompok pangan yang fluktuatif menjadi faktor utama yang mendorong penurunan inflasi bulanan.

Harga cabai mengalami penurunan secara bertahap di pekan terakhir bulan Agustus, dilanjut dengan normalisasi harga telur dan ayam ras setelah mengalami lonjakan harga di awal bulan.

Namun, harga beras tetap jadi pendorong inflasi, karena pemerintah menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium, sehingga ekspektasi harga beras masih tinggi meski ada operasi pasar yang berlanjut.

"Harga yang diatur pemerintah (administered), diperkirakan cenderung deflasi karena penyesuaian BBM non-subsidi yang diturunkan per 1–4 Agustus di sejumlah SPBU dan kembali disesuaikan di penghujung bulan di beberapa wilayah," jelas Josua.

Josua mengatakan bahwa inflasi inti relatif terkendali karena puncak musim pendidikan terjadi pada bulan Juli saat awal tahun ajaran baru, sehingga dampaknya di bulan Agustus menjadi berkurang.

Dengan profil Agustus yang lebih rendah dan normalisasi musiman yang terjadi pada September sampai Oktober, proyeksi inflasi untuk tahun 2025 tetap dipertahankan di kisaran 2,0%-2,5%, sekitar 2,33% pada bulan Desember, yang masih dalam target Bank Indonesia (BI) sebesar 2,5% ±1%.

"Risiko yang perlu diwaspadai, pertama, beras, kenaikan HET menandakan risiko stickiness harga sampai penawaran (panen/impor/operasi pasar) betul-betul mengimbangi. Kedua, administered/energi, arah harga BBM non-subsidi mengikuti minyak global dan kebijakan korporasi, sehingga bisa berbalik jika harga energi naik. Ketiga, imported inflation, tergantung stabilitas rupiah. Keempat, cuaca & hortikultura, gejolak cabai/sayur segar yang temporer," tegas Josua.

Di sisi lain, David Ernest Sumual, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), memproyeksikan bahwa inflasi bulan Agustus 2025 yang sedikit berbeda, yaitu 0,28% mtm dan 2,68% YoY.

Baca Juga: Harga Emas Naik, Data Inflasi Memperkuat Spekulasi Penurunan Suku Bunga

Ia mengatakan bahwa inflasi kembali mengalami peningkatan yang signifikan, terutama disebabkan oleh tingginya harga bahan pangan, terutama bawang merah yang melonjak sampai 90% YoY dan 11% MtM, serta harga beras yang masih terus naik.

"Untuk inflasi inti diproyeksikan melambat, terutama karena harga emas stagnan di Agustus," ujar David kepada Kontan.co.id, Minggu (31/8).

Menurut David, proyeksi inflasi pada akhir tahun diperkirakan sekitar 2,2%, menunjukkan kondisi yang cukup stabil meski ada tekanan dari beberapa komoditas pangan tertentu.

Ia menegaskan bahwa perkembangan harga bahan pangan menjadi faktor kunci yang harus diperhatikan dalam menjaga stabilitas inflasi hingga akhir tahun.

Selanjutnya: Hari Ini (1/9) Ditutup, Daftar Rekrutmen KAI 2025 Di e-recruitment.kai.id

Menarik Dibaca: IHSG Berpeluang Menguat Lagi, Simak Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (1/9)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×