Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan biaya pendidikan masih berpotensi memberikan andil inflasi dalam dua bulan berikutnya yakni Agustus dan September 2025.
Ekonom Center of Reform on Economic atau CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menilai, salah satu penyebab pendidikan masih akan menyumbang inflasi dalam dua bulan ke depan adalah karena saat ini sedang memasuki awal tahun ajaran baru terutama untuk perguruan tinggi.
“Di masa ini, biasanya perguruan tinggi mulai menyesuaikan tarif, seperti SPP dan uang kuliah tunggal (UKT). Selain itu, kenaikan biaya operasional akibat inflasi umum seperti gaji pengajar, listrik, air, dan kebutuhan lain juga membuat pihak kampus harus menyesuaikan biaya yang dibebankan ke siswa,” tutur Yusuf kepada Kontan, Minggu (3/8/2025).
Baca Juga: BPS: Seluruh Wilayah Mengalami Inflasi, Tertinggi di Papua Selatan
Di sisi lain, ia juga melihat, faktor belum optimalnya pengelolaan anggaran pendidikan dari pemerintah bisa jadi turut berperan. Menurutnya, apabila dukungan anggaran atau subsidi belum cukup, sekolah-sekolah, baik negeri maupun swasta, sering kali menutup kekurangannya dengan menaikkan biaya kepada orang tua murid.
Sebagaimana diketahui, BPS melaporkan, sektor pendidikan pada Juli 2025 mencatat inflasi sebesar 0,82% month to month dan memberi kontribusi 0,05% terhadap inflasi nasional bulan itu yang sebesar 0,3%.
“Kalau melihat data tahun lalu dan perkembangan terbaru, saya memperkirakan inflasi sektor pendidikan di Agustus dan September 2025 akan berada di kisaran 0,5% hingga 0,8% per bulan,” ungkapnya.
Sementara itu, Yusuf menambahkan, kontribusi biaya pendidikan terhadap inflasi nasional kemungkinan tetap di 0,04% sampai 0,06% tiap bulan, tergantung juga pada pergerakan sektor-sektor lain seperti pangan dan transportasi.
Baca Juga: Emas Perhiasan Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar, Harga Naik sejak September 2023
Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan, berdasarkan data historis, kelompok pendidikan masih berpotensi memberikan andil inflasi pada Agustus dan September 2025.
“Beberapa komoditas yang menjadi penyumbang utama pada komoditas pendidikan di antaranya adalah biaya Sekolah Dasar (SD) dengan andil inflasi 0,02%,” tutur Pudji dalam konferensi pers, Jumat (1/8/2025).
Kemudian, penyumbang utama lainnya biaya Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), bimbingan belajar dan taman kanak-kanak dengan andil masing-masing 0,01%.
Berdasarkan data historis, inflasi komoditas penyumbang utama inflasi pendidikan sejak 2023 tercatat terus meningkat.
Untuk biaya TK pada Juli 2025 inflasinya mencapai 0,88%, kemudian naik pada Juli 2024 mencapai 1,34%, dan pada Juli 2025 naik menjadi 1,59%.
Baca Juga: BPS Catat Inflasi Inti dan Harga Diatur Pemerintah Naik Pada Mei 2025
Biaya SD inflasinya mencapai 1,03% pada Juli 2023, naik menjadi 1,19% pada Juli 2024, dan naik menjadi 1,65% pada Juli 2025.
Selanjutnya, biaya SMP inflasinya mencapai 1,20% pada Juli 2023, turun menjadi 1,06% pada Juli 2024, namun kembali naik menjadi 1,16% pada Juli 2025.
Biaya SMA mengalami inflasi 1,07% pada Juli 2023, kemudian turun menjadi 0,79% pada Juli 2024, dan naik kembali pada Juli 2025 menjadi 0,84%.
Terakhir, biaya bimbingan belajar, mencatatkan inflasi 1,305 pada Juli 2023, meningkat menjadi 1,49% pada Juli 2024, dan meningkat menjadi 1,91% pada Juli 2025.
Selanjutnya: Kiwoom Sekuritas Bidik Nilai Emisi Obligasi Hingga Rp 400 Miliar di Semester II-2025
Menarik Dibaca: Waspadai Anak yang Menggunakan Chatbot AI dan Teman Virtual di Era Digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News