Reporter: Indra Khairuman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proyeksi inflasi Indonesia tahun ini menunjukkan tren yang relatif stabil dan masih berada dalam kisaran target pemerintah. Namun, sejumlah risiko eksternal tetap perlu dicermati untuk menjaga daya beli masyarakat.
Myrdal Gunarto, Ekonom Global Markets di Maybank Indonesia, menyatakan bahwa inflasi saat ini masih terkendali.
"Inflasi terakhir masih dalam target pemerintah maupun Bank Indonesia, yaitu di kisaran 1,5% hingga 3,5%," ujar Myrdal kepada Kontan.co.id, Jumat (1/8).
Meski demikian, ia mengingatkan adanya potensi risiko dari inflasi impor, terutama apabila pemulihan ekonomi global berlangsung cepat.
Baca Juga: Biaya Pendidikan Berpotensi Naik Hingga September 2025, Mendorong Kenaikan Inflasi
"Yang kami waspadai adalah imported inflation, terutama jika pemulihan ekonomi global mempercepat kenaikan harga-harga komoditas," jelasnya.
Ia menambahkan, apabila harga minyak dunia melebihi asumsi APBN sebesar US$ 82 per barel dan nilai tukar rupiah menembus Rp16.500 per dolar AS, maka subsidi energi berpotensi membengkak dan memicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Kondisi ini dapat menekan daya beli masyarakat.
Kendati demikian, Myrdal menyebut inflasi pangan masih dalam kondisi yang baik.
Menurutnya, fokus pemerintah pada kemandirian pangan dan energi turut mendukung stabilitas harga sektor ini. Ia memproyeksikan inflasi tahun ini berada di kisaran 2,11%.
Baca Juga: BPS: Seluruh Wilayah Mengalami Inflasi, Tertinggi di Papua Selatan
Senada, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Ernest Sumual, menyampaikan bahwa inflasi diperkirakan akan tetap terkendali.
"Kestabilan nilai tukar dan stimulus pemerintah di semester kedua tahun ini akan membantu mengendalikan tekanan inflasi," ujarnya.
Namun, David menyoroti rendahnya inflasi inti, khususnya jika dampak dari kenaikan harga emas dikeluarkan dari perhitungan. Menurutnya, hal ini mencerminkan lemahnya daya beli masyarakat.
Dengan demikian, meski inflasi secara umum berada dalam kendali, perhatian terhadap inflasi inti dan risiko eksternal seperti harga energi global dan nilai tukar tetap diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.
Selanjutnya: Perbanas Proyeksi Pertumbuhan Kredit pada 2025 Hanya Mencapai Single Digit
Menarik Dibaca: Ini Warna Kamar Tidur yang Membuat Tidur Lebih Nyenyak & Hubungan Seks Nyaman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News