Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia diperkirakan akan mencatat inflasi yang relatif tinggi pada April 2025.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, inflasi April sekitar 1,29% secara bulanan alias month to month (mtm), meskipun masih melambat dari 1,65% mtm pada Maret 2025, sejalan dengan tren musiman pasca Ramadan dan Idul Fitri.
Josua menyebut, inflasi yang masih tinggi tersebut utamanya didorong oleh berakhirnya diskon tarif listrik untuk pelanggan pascabayar, serta berakhirnya diskon tiket pesawat dan tarif tol terkait perjalanan mudik Idulfitri.
“Faktor-faktor ini diperkirakan berkontribusi lebih dari 1 poin persentase (ppt) terhadap inflasi umum. Sementara itu, penurunan harga bahan bakar non-subsidi diperkirakan juga mendorong meredam sebagian tekanan inflasi,” tutur Josua kepada Kontan, Kamis (1/5).
Baca Juga: Inflasi Tahunan April 2025 Diramal Meningkat Imbas Diskon Tarif Listrik Berakhir
Sementara itu, Josua menyebut inflasi harga pangan diperkirakan akan mereda seiring dengan berkurangnya permintaan pasca Ramadan dan Idulfitri. Namun, beberapa barang, seperti bawang merah dan cabai merah, terus mengalami tekanan kenaikan harga akibat keterbatasan pasokan yang disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung seperti banjir di beberapa daerah.
Lebih lanjut, inflasi secara tahunan diperkirakan akan normal kembali, naik menjadi 2,07% year on year (yoy) pada April 2025, naik dari 1,03% yoy pada Maret 2025.
Inflasi inti tahunan diperkirakan akan terus meningkat, naik dari 2,48% yoy menjadi 2,50% yoy pada April 2025, didorong oleh kenaikan harga emas dan pelemahan rupiah, di tengah ketegangan perang dagang yang meningkat dan telah secara signifikan meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.
Baca Juga: Inflasi Tahunan April 2025 Diramal Meningkat Imbas Diskon Tarif Listrik Berakhir
Ke depan, Josua memperkirakan inflasi akan tetap berada dalam rentang target Bank Indonesia sebesar 1,5% – 3,5% pada akhir 2025. Depresiasi rupiah diperkirakan akan berkontribusi pada imported inflation, menambah tekanan harga secara keseluruhan.
Selain itu, inflasi sisi penawaran telah melampaui inflasi sisi permintaan, menandakan risiko potensial terjadinya penularan inflasi.
“Kami terus memperkirakan tingkat inflasi akan naik menjadi sekitar 2,33% pada akhir 2025, naik dari 1,57% pada akhir 2024,” tandasnya.
Selanjutnya: BYD Mobil Listrik Terlaris, Cek Harga BYD Atto Dolphin M6 Seal Denza Sealion Mei 2025
Menarik Dibaca: Cara Mengatasi HP Lemot Secara Mudah, Bikin Smartphone Lancar Kembali
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News