kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.220   -84,00   -0,52%
  • IDX 7.893   101,21   1,30%
  • KOMPAS100 1.117   11,96   1,08%
  • LQ45 830   6,60   0,80%
  • ISSI 263   5,24   2,03%
  • IDX30 429   3,31   0,78%
  • IDXHIDIV20 492   4,68   0,96%
  • IDX80 124   0,93   0,75%
  • IDXV30 128   0,92   0,73%
  • IDXQ30 138   1,74   1,27%

PMI Manufaktur Indonesia Terkontraksi Lagi Usai Turun ke Level 46,9 pada Juni 2025


Selasa, 01 Juli 2025 / 08:37 WIB
PMI Manufaktur Indonesia Terkontraksi Lagi Usai Turun ke Level 46,9 pada Juni 2025
ILUSTRASI. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat sebesar 46,9 pada Juni 2025, turun dari PMI Manufaktur bulan Mei 2025 yang 47,4?


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aktivitas sektor manufaktur Indonesia masih mengalami tekanan pada Juni 2025. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global tercatat sebesar 46,9 pada Juni 2025, turun dari 47,4 pada Mei 2025.

PMI Manufaktur Indonesia masih berada di bawah ambang batas netral 50,0, yang menunjukkan sektor manufaktur masih berada dalam fase kontraksi. Ini mencerminkan penurunan lebih lanjut dalam kesehatan sektor produksi barang. Bahkan, kondisi manufaktur Indonesia disebut kian memburuk.

“Penurunan kondisi sektor manufaktur Indonesia semakin cepat pada pertengahan tahun 2025, menjadi tanda kurang baik untuk beberapa bulan ke depan,” tutur Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, dalam keterangan tertulis, Selasa (1/7).

Merosotnya PMI manufaktur Indonesia pada Juni disebabkan oleh penurunan tajam permintaan atas barang produksi dalam negeri. Permintaan baru menurun selama tiga bulan berturut-turut, dengan tingkat kontraksi paling tajam sejak Agustus 2021.

S&P Global mencatat bahwa aktivitas pasar melemah karena klien enggan melakukan pemesanan baru. Penurunan penjualan terutama berasal dari pasar domestik, sementara itu kinerja ekspor relatif stabil.

Baca Juga: PMI Manufaktur Mei 2025 Masih Kontraksi, Daya Beli Lesu?

Bahkan, produsen Indonesia melaporkan tidak ada perubahan signifikan dalam pesanan ekspor baru, setelah dua bulan mengalami penurunan. Dengan kondisi tersebut, permintaan mendorong perusahaan menerapkan strategi efisiensi, seperti pengurangan tenaga kerja yang turun dua kali lipat dalam tiga bulan dan pembatasan aktivitas pembelian.

Selain itu, panelis mengaitkan kenaikan terbaru pada beban biaya dengan naiknya harga bahan baku. Namun demikian, tingkat inflasi harga input tercatat sebagai yang terendah sejak Oktober 2020. Sebagai respons, perusahaan hanya menaikkan harga jual secara terbatas demi menjaga daya saing.

Ke depan, tingkat optimisme terhadap output dalam 12 bulan mendatang menurun dibandingkan bulan sebelumnya, dan berada di bawah rata-rata jangka panjang. Tingkat kepercayaan diri tercatat sebagai yang terendah sejak Oktober tahun lalu, seiring kekhawatiran perusahaan terhadap kondisi ekonomi global.

“Ke depannya, perusahaan kurang begitu optimistis terhadap perkiraan output. Kepercayaan diri turun ke posisi terendah dalam delapan bulan, di tengah kekhawatiran tentang kondisi perekonomian global dan potensi dampaknya terhadap sektor manufaktur Indonesia,” ujar Bhatti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×