kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   35.000   1,84%
  • USD/IDR 16.295   40,00   0,25%
  • IDX 7.045   -20,25   -0,29%
  • KOMPAS100 1.022   -2,15   -0,21%
  • LQ45 795   -1,03   -0,13%
  • ISSI 224   -0,62   -0,28%
  • IDX30 416   -0,26   -0,06%
  • IDXHIDIV20 491   -2,15   -0,44%
  • IDX80 115   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,37   -0,31%
  • IDXQ30 136   -0,37   -0,27%

PMI Manufaktur Indonesia di Mei 2025 Terkontraksi ke Level 47,4


Senin, 02 Juni 2025 / 09:52 WIB
PMI Manufaktur Indonesia di Mei 2025 Terkontraksi ke Level 47,4
ILUSTRASI. PMI Manufaktur Indonesia berada di level 47,4 pada bulan Mei 2025, lebih baik dari PMI Manufaktur di April 2025 di level 46,7


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Aktivitas sektor manufaktur Indonesia masih mengalami tekanan pada Mei 2025, meskipun mulai terdapat tanda-tanda perbaikan. 

Purchasing Managers’ Index™ (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global tercatat sebesar 47,4 pada Mei 2025. Level tersebut naik dari PMI Manufaktur Indonesia di April 2025 yang sebesar 46,7. 

Level tersebut masih berada di bawah ambang netral 50,0 yang menandakan kontraksi, peningkatan ini menunjukkan perlambatan laju penurunan aktivitas industri.

Laporan mencatat bahwa permintaan baru turun tajam dan menjadi yang terburuk sejak Agustus 2021. Kondisi pasar yang lesu dan penurunan permintaan global, terutama dari Amerika Serikat, terus menekan pesanan ekspor. 

Baca Juga: Aktivitas Pabrik di Asia Menyusut pada Mei 2025, Tertekan Pemberlakuan Tarif AS

Penurunan ini mendorong perusahaan mengurangi output dan menyesuaikan inventaris serta aktivitas pembelian.

"Ekonomi sektor manufaktur Indonesia menurun pada tingkat sedang pada bulan Mei, penurunan terkuat pada permintaan baru dalam waktu hampir empat tahun menyebabkan penurunan solid pada volume produksi," ujar Ekonom S&P Global Market Intelligence Usamah Bhatti dalam keterangannya, Senin (2/6).

Selain itu, ekspor juga terus menurun, sementara perusahaan berupaya menyesuaikan inventaris dan tingkat pembelian menanggapi kondisi permintaan yang lemah.

Meski demikian, ada sisi positif yakni ketenagakerjaan meningkat, menunjukkan optimisme sektor terhadap potensi pemulihan dalam beberapa bulan ke depan. 

Bahkan, lima dari enam bulan terakhir mencatatkan peningkatan tenaga kerja. Kepercayaan terhadap output 12 bulan mendatang juga menguat dibandingkan bulan sebelumnya.

Di sisi harga, inflasi biaya input melonjak tajam untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir, didorong oleh kenaikan harga bahan baku. 

Namun demikian, inflasi harga output tetap rendah karena perusahaan memilih menyerap sebagian beban biaya dan menawarkan diskon guna merangsang permintaan.

"Beberapa produsen berupaya menawarkan diskon untuk menaikkan penjualan, menyebabkan kenaikan kecil pada biaya meski beban biaya naik," kata Usamah Bhatti.

Selanjutnya: Jepang akan Naikkan Target Investasi Langsung Asing jadi US$ 1 Triliun pada 2030

Menarik Dibaca: Tips Memilih Ukuran TV Sesuai Ruangan ala Xiaomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×