kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan ekonomi diramal bakal loyo sampai akhir 2019


Senin, 05 Agustus 2019 / 16:44 WIB
Pertumbuhan ekonomi diramal bakal loyo sampai akhir 2019


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia nampaknya bakal loyo sampai dengan akhir 2019. Sinyalnya sudah terasa dengan realisasi pertumbuhan PDB kuartal II 2019 yang terkontraksi di level 5,05% year on year (yoy).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan pertumbuhan ekonomi terkontraksi lantaran investasi melambat diakibatkan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China serta Pemilu. 

Baca Juga: BPS: Indeks Tendensi Bisnis di kuartal III 2019 akan menurun ke angka 105,46

“Saya kira tren wait and see investor berlangsung sepanjang kuartal II 2019,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2019, di kantor BPS, Jakarta, Senin (5/8).

Realisasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 1,59% yoy pada kuartal II 2019. Angka ini lebih rendah ketimbang kuartal I-2019 yakni 1,65% dan kuartal I-2018 sebanyak 1,85%.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Sri Soelistyowati mengatakan secara tren, pertumbuhan ekonomi Indonesia bertolak ukur pada peak season Ramadan-Idul Fitri di mana tahun ini berlangsung di kuartal II 2019.

Baca Juga: Target pertumbuhan ekonomi diproyeksi sulit tercapai, begini respons Menko Darmin

Artinya sampai dengan akhir tahun, Sri memprediksi pertumbuhan investasi di kuartal III-IV 2019 sulit melebihi pencapaian kuartal II-2019. 

“Tapi masih ada sepercik harapan konsumsi akan tumbuh pada saat Natal dan tahun baru,” kata Sri seusai konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2019, di kantor BPS, Jakarta, Senin (5/8).

Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan dalam dua tahun terakhir investasi mengambil andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi, khususnya dalam infrastruktur. Permasalahannya adalah pembangunan di tahun ini tidak sebesar tahun 2018.

Baca Juga: BPS: Ini usaha yang mendapat optimisme tertinggi dan terendah pelaku bisnis

Josua mengamati dari sisi investasi bangunan terjadi peningkatan namun turun dibanding kuartal sebelumnya. Setali tiga uang investasi terkait dengan alat atau mesin penunjang infrastruktur melambat karena produksi yang tertekan.

Di sisi lain, dilihat dari lapangan usaha kontributor industri pengolahan atau manufaktur melempem. BPS melaporkan pertumbuhan manufaktur 0,74%, turun dibanding periode sama 2018 sebesar 0,82% dan kuartal I-2019 yakni 0,83%.

Purcashing Magers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pun makin memburuk. IHS Markit menyebut PMI Manufaktur Indonesia pada Juli 2019 di level 49,6. Kondisi manufaktur ini merupakan terendah sejak Desember 2017.

Baca Juga: Menko Darmin akui pertumbuhan ekonomi kuartal II lebih rendah dari ekspektasi

Josua bilang pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir 2019 berada di level 5,1% atau di bawah target pemerintah dan pencapaian tahun 2018 sebesar 5,2%. Dia berharap selain investasi pemerintah seyogyanya menggenjot industri manufaktur.

“Pemerintah perlu memberikan kepastian hukum dan deregulasi kebijakan ekonomi agar investor kembali di semester II-2019,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (5/8).

Menurutnya insentif deduction tax yang sudah diterbitkan dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi mendatang. Namun, insentif nampaknya perlu diperluas lagi, sebagai jurus melawan sentimen perang dagang AS-China dan sentimen eksternal lainnya. 

“Fungsinya memastikan kepada investor kalau ekonomi dalam negeri tetap solid. Sehingga, ekspektasi investor bakal positif,” tutur Josua.

Baca Juga: Indeks tendensi bisnis (ITB) kuartal II 2019 naik menjadi 108,81

Sementara, stimulus moneter dirasa Josua tetap perlu didorong. Pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI 7-DRR) perlu berlanjut guna menumbuhkan gairah ekspansi dunia usaha.

Asal tahu saja realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada April-Juni 2019 berdasarkan pengeluaran paling besar disumbang dari konsumsi rumah tangga 2,77%, PMTB 1,59%, net-ekspor 0,98%, konsumsi pemerintah 0,16%, sementara pendapatan lainnya kontraksi 0,90%.

Di sisi lain, sumbangsih pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut lapangan usaha secara berurutan didapat dari kontribusi Industri pengolahan 0,74%, pertanian 0,71%, perdagangan 0,61%, konstruksi 0,55%, dan lainnya sebesar 2,44%.

Baca Juga: BPS: Ekonomi Indonesia kuartal II tumbuh 5,05%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×