Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% year-on-year (yoy) pada kuartal II-2025 selaras dengan metodologi dan penjelasan Badan Pusat Statistik (BPS), terutama terkait pergeseran leading indicator konsumsi dan investasi.
Menurut Josua, perbedaan antara sejumlah indikator harian yang sempat menunjukkan pelemahan dengan realisasi PDB yang justru menguat bisa dijelaskan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat serta lonjakan belanja modal.
"Secara metodologis, penjelasan BPS bahwa leading indikator konsumsi dan investasi bergeser pada kuartal II-2025 masuk akal dan mampu merekonsiliasi perbedaan antara sebagian indikator harian yang melemah dan realisasi PDB yang justru menguat ke 5,12%," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Senin (18/8).
Baca Juga: Tanpa Momentum Musiman, Ekonom Nilai Pertumbuhan Ekonomi 5% Sulit Diraih Semester II
Ia menjelaskan, komposisi pertumbuhan kuartal II-2025 memang menunjukkan dua mesin utama, yakni konsumsi rumah tangga yang tetap solid di kisaran 5% dan investasi (PMTB) yang tumbuh di kisaran 7%.
Di sisi konsumsi, pergeseran ke online yang disebut BPS sangat mungkin membuat sebagian proxy lama misalnya penjualan ritel konvesional cenderung lebih lemah dibanding real spending.
Josua mengatakan, bukti yang memperlihatkan pola belanja yang bergeser ke layanan mobilitas dan leisure yang kerap ditransaksikan secara digital terindikasi dari porsi transportasi & komunikasi serta restoran & hotel justru akseleratif pada kuartal II-2025.
Ia menambahkan, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97%, dengan dorongan utama dari food & beverages, transportasi, dan hotel pada periode libur panjang; dan inflasi yang rendah serta stimulus turut menjaga daya beli.
Menurutnya, ini konsisten dengan narasi BPS tentang Lebaran dan libur lain yang jatuh di April–Juni sehingga dampaknya terekam penuh pada 2Q25, termasuk melalui kanal pembayaran digital seperti QRIS.
Sub-komponen konsumsi seperti transportasi dan komunikasi tumbuh 6,48% dan restoran & hotel 6,77% yoy pada 2Q25, yang menjelaskan kenapa mobilitas (termasuk kenaikan trafik kereta) bisa “mengompensasi” pelemahan barang tahan lama/retail offline.
"Efek kalender Lebaran makin memperkuat narasi ini. Berbeda dengan tahun ketika puncak Lebaran jatuh di akhir Q1, pada 2025 momentum Lebaran dan rangkaian cuti bersama lebih dominan tercatat di April (pada 2Q25)," terang Josua.
Baca Juga: Strategi Ekonomi Prabowo Disebut Mirip Jepang dan Korea, Tapi Ada Tantangannya
Hal tersebutlah yang membuat pola konsumsi musiman seperti mudik, transportasi, akomodasi, makanan dan minuman cenderung meningkat di kuartal II-2025.
Josua mengatakan, akselerasi konsumsi kuartal II-2025 memang didukung oleh banyaknya hari libur nasional, sementara sektor jasa (khususnya pariwisata) dan manufaktur makanan/minuman menjadi penopang utama sisi produksi.
Dengan kata lain, jika ekonomi hanya bertumpu pada indikator ritel konvensional, maka perbedaan terhadap konsumsi yang terealisasi melalui kanal online dan jasa mobilitas memang mudah terjadi.
Di sisi lain, investasi (PMTB) tumbuh 7,0%, tertinggi sejak kuartal II-2021. Lonjakan terutama berasal dari mesin dan peralatan yang melesat +25,3% yoy dan belanja modal pemerintah yang naik +30,3% yoy.
Dua motor PMTB yakni bangunan dan struktur (+4,89% yoy) dan mesin dan peralatan ditopang proyek infrastruktur besar seperti MRT Jakarta, Jakarta Sea Wall, hingga Samarinda Tunnel.
Peningkatan impor barang modal, termasuk terkait proyek di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), juga konsisten dengan lompatan PMTB di PDB.
Perdagangan luar negeri turut berkontribusi, dengan ekspor naik 10,67% yoy dan impor 11,65% yoy, dipicu front-loading menjelang penerapan tarif resiprokal AS.
Namun Josua mengingatkan kontribusi neto ekspor kemungkinan menurun ke depan, seiring melemahnya permintaan global dan kebijakan tarif AS yang tetap ketat.
Oleh karena, ia menegaskan bahwa penjelasan BPS mengenai perubahan leading indikator, shifting konsumsi ke kanal online, efek lebaran yang sepenuhnya tercatat di April, kenaikan mobilitas, transaksi QRIS, serta sinyal impor barang modal secara empiris sejalan dengan data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025.
Hal ini didorong oleh konsumsi-investasi serta penguatan beberapa sektor jasa dan manufaktur domestik.
"Karena itu, pertumbuhan 5,12% di kuartal II-2025 dapat dinilai masuk akal dari sisi komposisi dan sinkronisasi data," jelasnya.
Meski pertumbuhan kuartal II dinilai sehat dan sejalan dengan dinamika konsumsi-investasi, Josua mengingatkan tantangan pada paruh kedua 2025.
Jumlah hari libur nasional berkurang, belanja modal pemerintah berpotensi normalisasi, dan risiko eksternal dari tarif AS bisa menekan ekspor.
"Sehingga motor pertumbuhan kemungkinan kembali bertumpu pada stimulus fiskal/moneter dan kesinambungan investasi swasta," pungkasnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 5,12% Banyak Faktor Semu, Celios Ungkap Datanya
Selanjutnya: Pesta Rakyat HUT RI ke-80, Bank Mandiri Hadirkan Hiburan dan UMKM
Menarik Dibaca: Simak Manfaat Spirulina untuk Tumbuh Kembang Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News