Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede proyeksi Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada Mei 2025. Ini membuat BI Rate berada di level 5,50%.
Josua menjelaskan bahwa perkiraan tersebut didukung oleh kombinasi faktor domestik dan eksternal.
Dari sisi domestik, inflasi pada April 2025 tercatat sebesar 1,95% year-on-year (YoY), tetap terkendali dan berada dalam kisaran target BI yaitu 1,5% hingga 3,5%.
“Hal ini memberikan ruang yang cukup untuk kebijakan moneter yang lebih akomodatif,” tutur Josua kepada Kontan, Senin (19/5).
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Proyeksi BI Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Bps Jadi 5,5% di Mei 2025
Josua menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 melambat menjadi 4,87% YoY, sehingga dibutuhkan pelonggaran moneter untuk mendukung permintaan agregat.
Sementara itu, dari sisi eksternal, membaiknya kondisi global turut memperkuat argumen perlunya kebijakan yang lebih ekspansif.
Faktor lainnya adalah ketahanan sektor eksternal Indonesia, yang tercermin dari surplus perdagangan yang terus berlanjut. Surplus neraca perdagangan pada kuartal I 2025 meningkat menjadi US$ 10,92 miliar, naik dari US$ 7,41 miliar pada kuartal I 2024.
“Hal ini menunjukkan bahwa neraca transaksi berjalan tetap berada dalam posisi relatif stabil. Sentimen global juga menunjukkan tren peningkatan, didukung oleh pelonggaran ketegangan perdagangan,” ungkapnya
Josua juga menyoroti hasil perundingan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China baru-baru ini yang mengarah pada pencabutan tarif balasan secara mutual, dari tingkat di atas 100% menjadi masing-masing 30% dan 10% untuk periode sementara selama 90 hari.
Baca Juga: BI Diprediksi Masih Pertahankan BI Rate 5,75% pada Mei 2025
Selain itu, data inflasi AS baik dari sisi penawaran maupun permintaan menunjukkan tren penurunan. Hal ini memperkuat argumen bahwa The Fed akan segera memulai pemangkasan suku bunga kebijakan FFR.
Situasi ini memicu sentimen risk-on di pasar keuangan global, yang mendorong aliran modal masuk ke negara-negara emerging markets, termasuk Indonesia.
Aliran dana asing ini tercermin dari penguatan nilai tukar rupiah sebesar 0,98% month-to-date (mtd) per 16 Mei 2025, yang membawa nilai tukar rupiah turun ke bawah Rp16.500 per dolar AS.
Ke depan, Josua memprediksi bahwa jika ketidakpastian global terus mereda dan kondisi eksternal semakin membaik, maka Bank Indonesia kemungkinan akan mengubah sikap kebijakannya dari yang saat ini berorientasi pada stabilitas menjadi lebih pro-pertumbuhan.
“Akibatnya, kami melihat ruang untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps lagi pada sisa tahun 2025, yang berpotensi menurunkan suku bunga BI menjadi 5,25%,” tandasnya.
Selanjutnya: Harga Mobil Listrik Polytron Murah, Bisakah Mengalahkan BYD yang Terlaris 2025
Menarik Dibaca: Mengulik Manfaat Nanas untuk Kolesterol yang Tidak Banyak Diketahui
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News