Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia mencatat kinerja Penjualan Eceran April 2025 mengalami kontraksi sebesar 5,1% yoy, terutama disebabkan oleh normalisasi permintaan setelah periode Ramadan dan Idulfitri.
Kendati demikian, BI memperkirakan pada Mei 2025 akan kembali tumbuh positif sebesar 2,6% yoy, didorong oleh meningkatnya penjualan barang budaya dan rekreasi, makanan-minuman, serta perlengkapan rumah tangga, seiring dengan libur panjang Waisak dan Kenaikan Isa Almasih.
Kendati demikian, tingkat optimisme konsumen justru menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei 2025 turun menjadi 117,5 dari sebelumnya 121,7 pada April.
Penurunan ini terjadi terutama pada kelompok usia di atas 30 tahun dan kelompok masyarakat dengan pengeluaran menengah-bawah. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga tercatat turun masing-masing menjadi 106,0 dan 129,0.
Baca Juga: Stimulus dan Gaji ke-13 Berpotensi Mendongkrak Konsumsi di Pusat Perbelanjaan
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan prospek penjualan eceran Indonesia ke depan masih akan dibayangi oleh kehati-hatian konsumen dalam membelanjakan pendapatannya.
Hal ini mengingat bahwa optimisme konsumen saat ini sedikit melemah, yang berpotensi mempengaruhi pola konsumsi dalam jangka pendek. Meski begitu, Josua masih meyakini adanya perbaikan penjualan eceran kedepan secara bertahap.
"Prospek penjualan eceran ke depan diperkirakan akan membaik secara bertahap, meskipun masih dihadapkan pada tantangan dari sisi keyakinan konsumen yang sedikit menurun," ungkap Josua kepada Kontan, Jumat (13/6).
Josua melanjutkan, optimisme prospek penjualan eceran pada semester kedua tahun ini dinilai tetap menjanjikan, melihat perkiraaan Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) oleh Bank Indonesia untuk periode Juli dan Oktober 2025 meningkat menjadi 145,8 dan 149,3, naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. BI menyebut Peningkatan ini didukung oleh ekspektasi permintaan musiman selama libur sekolah dan strategi diskon yang biasanya diterapkan oleh ritel pada pertengahan tahun.
Meski demikian, Josua mengingatkan beberapa risiko yang perlu diwaspadai antara lain rasio konsumsi terhadap pendapatan yang menurun ke 74,3% pada Mei 2025 dari 74,8% pada April, yang mengindikasikan adanya peningkatan kehati-hatian rumah tangga dan preferensi menabung.
Selain itu, penurunan indeks ekspektasi harga umum pada Juli dan Oktober 2025 mengindikasikan ekspektasi inflasi yang lebih rendah, yang walau positif bagi daya beli, juga dapat menekan margin ritel.
Namun menurunya, dengan melemahnya keyakinan terhadap ketersediaan lapangan kerja, khususnya pada kelompok usia di atas 30 tahun dan pendidikan menengah, ini dinilai Josua dapat membatasi kemampuan konsumsi jangka menengah.
"Momentum konsumsi akan sangat tergantung pada faktor musiman, stimulus fiskal pemerintah, serta dinamika ketenagakerjaan," ungkap Josua.
Josua menyebut, dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, penjualan eceran diproyeksikan tumbuh positif secara moderat dalam jangka pendek hingga menengah.
Namun menurutnya pemerintah tetap harus memberikan perhatian khusus pada kelompok menengah - bawah yang mengalami tekanan paling besar dalam hal pendapatan dan persepsi lapangan kerja, mengingat kelompok ini merupakan basis utama konsumsi nasional.
Baca Juga: OECD Proyeksi Konsumsi Masyarakat Indonesia Tetap Melemah di Semester I-2025
Selanjutnya: Reaksi Keras Rusia, Sebut Serangan Israel Terhadap Iran Langgar Piagam PBB
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Vitamin C untuk Rambut, Cegah Uban hingga Rambut Rontok!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News