Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah sorotan atas potensi risiko fiskal dan tekanan terhadap ekspor nasional, kebijakan tarif baru antara Amerika Serikat dan Indonesia dinilai tetap menyimpan peluang strategis bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam jangka menengah dan panjang.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai bahwa terbukanya akses penuh terhadap produk asal AS, khususnya barang modal dan barang antara (intermediate goods), dapat menjadi momentum penting bagi transformasi industri dalam negeri.
"Indonesia memiliki kesempatan untuk mengimpor teknologi maju, peralatan investasi, produk ICT, serta produk bernilai tambah tinggi lainnya dengan harga yang lebih kompetitif,” ujar Josua, Rabu (16/7).
Baca Juga: Ini Produk-Produk Indonesia yang Terdampak Tarif 19% Trump
Menurutnya, bila pelaku industri domestik mampu memanfaatkan momentum ini secara tepat dan efektif, maka daya saing industri nasional dapat terdongkrak secara signifikan. Dengan impor barang produktif yang lebih murah dan efisien, proses produksi dalam negeri bisa mengalami peningkatan efisiensi dan kualitas, sekaligus mempercepat transformasi struktural industri.
Lebih jauh, Josua memandang kesepakatan dagang ini juga mencerminkan arah kebijakan luar negeri Indonesia yang konsisten mengedepankan prinsip non-blok, pragmatisme, dan kerja sama strategis yang saling menguntungkan (win-win solution). Sikap ini juga memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra dagang terbuka di tengah dinamika geopolitik global.
Baca Juga: Tarif Trump: Indonesia Kena Tarif 19% Hingga Sepakat Beli 50 Jet Boeing
"Dengan menerima kesepakatan ini, Indonesia menegaskan posisinya sebagai mitra perdagangan yang terbuka terhadap kolaborasi strategis, tidak hanya dengan AS tetapi juga dengan mitra-mitra strategis lainnya seperti Uni Eropa melalui IEU-CEPA maupun BRICS," jelasnya.
Meski begitu, Josua mengingatkan bahwa keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada kesiapan domestik dalam merespon perubahan. Tantangan utama terletak pada kemampuan Indonesia memperkuat struktur industri, di mana dibutuhkan kapasitas domestik dapat beradaptasi dengan cepat melalui akselerasi transformasi industri, peningkatan daya saing produk, serta optimalisasi manfaat dari barang impor produktif.
"Meski kebijakan tarif Trump memberikan tekanan signifikan pada jangka pendek, dampak positifnya bisa didapat apabila Indonesia secara konsisten mampu meningkatkan efisiensi ekonomi domestik, mengakselerasi transformasi struktural dan memperkuat rantai pasok industri nasional," ungkap Josua.
Baca Juga: Tarif Trump Turun Jadi 19%, Istana: Terendah di Asia
Selanjutnya: Penjualan Mobil Baru Lesu, Begini Strategi Astra (ASII) Dorong Penjualan Mobil Bekas
Menarik Dibaca: Tayang September, Official Teaser Trailer Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Dirilis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News